Kedaulatan Pangan & Energi: Kunci Indonesia Emas 2045

Admin

03/06/2025

3
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Dengan perkiraan populasi global mencapai 9,7 miliar jiwa pada tahun 2050, kebutuhan akan pangan dan energi diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Tak terkecuali Indonesia, yang populasinya diproyeksikan mencapai 324 juta jiwa dalam dua dekade mendatang.

Kondisi ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam menjamin ketersediaan pangan dan energi yang berkelanjutan. Kedaulatan pangan dan energi menjadi isu krusial karena akan menentukan arah masa depan bangsa.

Kedaulatan pangan dan energi menjadi topik sentral dalam Nusantara Sustainability Trend Forum (Nature) 2025, yang berlangsung di Ballroom Nusantara, NT Tower Jakarta, pada Rabu, 28 Mei 2025. Kedua aspek ini dianggap sangat strategis karena berkaitan erat dengan kelangsungan hidup dan kemandirian negara.

“Pangan adalah isu fundamental yang berdampak langsung pada stabilitas sosial, ekonomi, dan politik. Jika rakyat kelaparan, stabilitas negara terancam,” tegas Presiden Direktur Nusantara TV, Don Bosco Selamun, saat membuka acara Nature 2025.

Menurut Don Bosco, kebutuhan pangan dan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu menjamin ketersediaan dan akses terhadap kedua hal tersebut secara berkelanjutan demi menjaga ketahanan nasional.

“Masa depan bangsa sesungguhnya ditentukan oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini, baik melalui program swasembada, diversifikasi produksi, maupun kebijakan strategis lainnya,” jelasnya.

Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanegara, menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang unggul adalah kunci untuk membangun Indonesia yang maju dan ramah lingkungan.

Beliau berpendapat bahwa manusia adalah aktor utama penyebab kerusakan di bumi. Namun, di sisi lain, manusia juga memiliki kapasitas untuk memperbaiki dan menjaga bumi.

“Kekayaan alam Indonesia dan bonus demografi yang kita miliki saat ini adalah potensi yang sangat besar,” ujar Menteri Iftitah dalam pidatonya di awal konferensi Nature 2025. “Namun, tanpa pengelolaan yang baik dan ilmu pengetahuan yang memadai, potensi ini bisa berubah menjadi bencana.”

Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Pangan, Mohammad Nur Rianto Al Arif, menyoroti betapa pentingnya ketersediaan pangan sebagai kebutuhan utama sebuah negara. Indonesia bahkan perlu terus berinovasi agar dapat meningkatkan statusnya dari sekadar ketahanan pangan menjadi kedaulatan pangan.

“Ibaratnya, jika kita ingin menguasai suatu negara, kuasailah pangannya terlebih dahulu,” ungkapnya.

Nature 2025 menghadirkan dua sesi diskusi yang melibatkan para ahli, birokrat, praktisi, dan akademisi. Sesi pertama, yang membahas topik pangan, menghadirkan pembicara seperti Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto; Kepala Lembaga Riset Internasional Pangan, Gizi, dan Kesehatan IPB University, Drajat Martianto; Pendiri Akarintis sekaligus praktisi pertanian berkelanjutan, Britania Sari; serta Ketua Dewan Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Ahmad Juwaini.

Sementara itu, sesi kedua yang membahas isu transisi dan pembangunan energi berkelanjutan menampilkan Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hariyanto; Manager Energy System Transformation Institute for Essential Services Reform (IESR), Deon Arinaldo; dan Wakil Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Ari Rahim.

"Transisi energi bukan hanya sekadar mengganti sumber daya, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan keamanan energi nasional," tegas Ari Rahim.

Ketahanan pangan dan energi merupakan pilar utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan oleh pemerintah. Saat ini, Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian sebagai fondasi utama dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Namun, sejumlah tantangan seperti infrastruktur yang belum memadai, akses terhadap pangan yang belum merata, dan perubahan iklim turut mempengaruhi ketahanan pangan nasional. Di sisi lain, ketahanan energi juga menjadi tantangan besar, terutama dalam penyediaan listrik yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

Forum Nature 2025 kali ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dengan beragam latar belakang, mulai dari pengusaha, perwakilan lembaga pemerintahan dan organisasi sipil, hingga para mahasiswa.

Penyelenggaraan Nature 2025 didukung oleh PT Pertamina (Persero), Wuling Motors Indonesia, PT Pegadaian, PT Pelindo Multi Terminal, Harita Nickel, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Chandra Karya, dan NYCTO.