Danau Natron: Misteri Warna Merah & Hewan Jadi Batu

Admin

20/06/2025

3
Min Read

Danau Natron di Tanzania menghadirkan pemandangan yang memukau dengan warna merahnya yang khas, namun menyimpan bahaya tersembunyi. Komposisi kimianya yang ekstrem menjadikan danau ini lingkungan yang tidak ramah bagi sebagian besar kehidupan.

Danau ini tergolong sebagai danau ‘soda’, dengan konsentrasi natrium dan karbonat terlarut yang sangat tinggi. Kondisi ini mengakibatkan pH danau melonjak hingga 10,5, tingkat keasaman yang hampir setara dengan larutan amonia. Konsekuensinya, hewan-hewan yang bernasib malang mati di tepian danau akan mengalami proses pengawetan alami, berubah menjadi mumi yang membatu.

Proses vulkanik menjadi dalang di balik pembentukan Danau Natron, melepaskan sejumlah besar natrium karbonat dan kalsium karbonat ke dalam air. Karena tidak memiliki saluran pembuangan ke sungai atau laut, konsentrasi kimiawi yang tinggi ini terus terjaga sepanjang tahun.

Hanya segelintir spesies yang mampu bertahan hidup dalam kondisi garam dan pH ekstrem Danau Natron. Airnya pun memiliki efek korosif, dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Namun, beberapa hewan telah beradaptasi dengan lingkungan yang keras ini, termasuk flamingo kecil (Phoeniconaias minor) dan ikan nila.

Menariknya, Danau Natron memegang peranan krusial sebagai lokasi perkembangbiakan utama bagi populasi flamingo kecil di dunia. Sebagian besar dari 1,5 juta hingga 2,5 juta burung flamingo kecil di Afrika Timur menetas di wilayah ini.

Rahasia ketahanan flamingo kecil terletak pada kulit dan sisik kaki mereka yang kuat, yang melindungi mereka dari efek membakar air danau. Mereka membangun sarang di pulau-pulau yang muncul di danau selama musim kemarau, dan anak-anak mereka terlindungi dari sebagian besar predator berkat kondisi lingkungan yang mematikan.

Menurut pantauan Earth Observatory NASA, Danau Natron memiliki kedalaman yang relatif dangkal, yang menyebabkan suhu airnya dapat mencapai 60 derajat Celsius pada puncak musim panas. Danau ini memiliki kedalaman rata-rata 0,5 meter dan lebar 15 kilometer, namun ukurannya dapat menyusut dan meluas tergantung pada kondisi cuaca.

Ketika air danau menguap, mikroorganisme yang memakan garam berkembang biak dengan pesat. Haloarchaea (organisme pencinta garam) dan cyanobacteria (ganggang biru-hijau) bertanggung jawab atas warna-warni merah yang menghiasi danau, berkat pigmen seluler yang mereka miliki. Pigmen yang sama juga memberikan warna merah muda khas pada flamingo, karena mereka hampir secara eksklusif memakan ganggang biru-hijau ini.

Danau Natron menjadi sorotan berita pada tahun 2013, ketika foto-foto menakjubkan karya fotografer Nick Brandt yang menampilkan hewan-hewan ‘batu’ di tepi danau dipublikasikan dalam bukunya, Across the Ravaged Land. Dalam foto-foto tersebut, tampak bangkai burung dan kelelawar yang mati di tepi danau, terawetkan oleh natrium karbonat. Brandt dengan hati-hati menempatkan mereka di cabang-cabang pohon dan di atas air, menciptakan ilusi kehidupan.

“Saya secara tak terduga menemukan makhluk-makhluk itu, segala jenis burung dan kelelawar, terdampar di sepanjang tepi Natron. Tidak seorang pun tahu pasti bagaimana mereka mati,” ungkap Brandt, seperti yang dikutip Liputanku dari Live Science.

Burung-burung tersebut termasuk merpati dan elang ikan, yang sebenarnya tidak mencari makan atau berkembang biak di Natron. Mereka menghuni rawa-rawa garam dan lahan basah air tawar di sekitarnya. Ekosistem unik ini juga menjadi habitat bagi flamingo besar, burung pelikan, burung unta, kerbau, rusa liar, dan berbagai makhluk lainnya.

Video: Jaga Privasi, WhatsApp Bakal Sembunyikan Nomor HP Pengguna

Video: Jaga Privasi, WhatsApp Bakal Sembunyikan Nomor HP Pengguna