Niat Puasa Qadha Ramadan: Panduan Lengkap & Hukumnya

Admin

07/06/2025

3
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Ibadah puasa Ramadan adalah sebuah kewajiban yang diemban setiap Muslim. Namun demikian, terkadang ada halangan yang menyebabkan seseorang tidak dapat menunaikannya. Bagi mereka yang memiliki tanggungan puasa Ramadan, menggantinya, yang disebut dengan qadha, adalah sebuah keharusan. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang niat puasa qadha Ramadan, bagaimana cara menunaikannya, kapan batas waktunya, serta pandangan para ulama terkait hukum menunda qadha puasa hingga melewati datangnya Ramadan berikutnya.

MasterV, Jakarta – Puasa Ramadan, sebagai ibadah wajib bagi umat Muslim, tak jarang terlewatkan karena berbagai kondisi. Kewajiban mengganti puasa yang tertinggal ini dikenal dengan istilah qadha. Pembahasan kali ini akan difokuskan pada niat puasa qadha Ramadan, prosedur pelaksanaannya, batas waktu yang diberikan, serta berbagai pendapat ulama mengenai konsekuensi menunda qadha puasa hingga Ramadan berikutnya tiba.

Salah satu pilar utama dalam ibadah puasa, termasuk puasa qadha, terletak pada niat. Rasulullah SAW pernah bersabda: 'Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niatnya…' (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, pemahaman dan pengucapan niat puasa qadha dengan benar merupakan hal yang krusial.

Lantas, bagaimana sebenarnya lafadz niat puasa qadha yang tepat? Kapan waktu yang paling baik untuk mengucapkannya? Dan apa akibatnya jika seseorang menunda qadha puasa hingga datangnya Ramadan berikutnya? Mari kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Niat puasa qadha idealnya dilakukan sebelum terbit fajar, atau pada malam hari sebelum pelaksanaan puasa. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menekankan arti penting niat sebelum memulai sebuah amalan. Berikut ini adalah lafadz niat puasa qadha Ramadan dalam bahasa Arab:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى

Transliterasi: Nawaitu shauma ghadin an qadhai fardhi syahri Ramadhana lillahi ta'ala.

Artinya: 'Saya berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah SWT.'

Waktu ideal untuk meniatkan puasa qadha adalah sebelum fajar menyingsing. Niat puasa qadha Ramadhan wajib diikrarkan sebelum terbit fajar. Lafal niat ini bisa diucapkan di dalam hati maupun dilisankan, namun yang terpenting adalah adanya niat yang tulus dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.

Serupa dengan niat puasa Ramadhan, niat qadha ini dapat diucapkan dalam hati maupun dilafalkan secara lisan. Esensinya adalah niat tersebut dilakukan dengan kesadaran penuh dan keikhlasan hanya karena Allah SWT.

Menurut pandangan Mazhab Syafi'i, puasa qadha dianggap tidak sah apabila niat dilakukan setelah fajar telah terbit.

Tata cara pelaksanaan puasa qadha identik dengan tata cara puasa Ramadhan. Dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan menghindari makan, minum, serta segala hal yang dapat membatalkan puasa.

Puasa qadha dilaksanakan di luar bulan Ramadan dan pada hari-hari yang tidak diharamkan untuk berpuasa, seperti Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, dan hari-hari tasyrik.

Selain niat, hal-hal yang membatalkan puasa juga wajib diperhatikan, misalnya makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.

Menunda pelaksanaan qadha puasa hingga mendekati Ramadan berikutnya memang diperbolehkan, namun idealnya tidak ditunda terlalu lama. Dalam sebuah hadis, Aisyah RA pernah berkata: 'Saya masih memiliki hutang puasa Ramadhan.

Menjalankan puasa qadha adalah wujud ketaatan dan tanggung jawab seorang Muslim kepada Allah SWT. Lebih dari itu, ibadah ini mendidik kedisiplinan, kesabaran, dan kemampuan mengendalikan diri. Melalui puasa qadha, jalinan spiritual dengan Allah SWT juga semakin diperkuat.

Puasa qadha bukan hanya sekadar pemenuhan kewajiban, tetapi juga kesempatan untuk merenungkan makna mendalam dari ibadah puasa itu sendiri. Semoga kita semua dikaruniai kekuatan dan keikhlasan untuk melaksanakan kewajiban ini dengan sebaik mungkin.