Nilai Tukar Rupiah Diproyeksikan Masih Tertekan, Investor Tunggu Hasil Perundingan AS-China

Admin

23/06/2025

3
Min Read

On This Post

JAKARTA, MasterV – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS atau kurs rupiah diperkirakan masih menghadapi tekanan dan cenderung akan melemah pada perdagangan hari ini. Hal itu disebabkan karena investor optimistis dengan hasil perundingan Amerika Serikat (AS) dan China.

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, indeks dollar AS memangkas kenaikan sebelumnya dan diperdagangkan sedikit lebih kuat hanya sebesar 0,16 persen menjadi 99,10 pada hari Selasa, karena para pelaku pasar memantau dengan hari kedua negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung antara AS dan China.

Meskipun putaran awal pembicaraan tidak menghasilkan terobosan signifikan, para pejabat AS menyampaikan rasa optimisme mengenai diskusi tersebut. Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa pembicaraan berjalan dengan baik dan diantisipasi akan terus berlanjut sepanjang hari.

Sementara itu, dollar AS menguat terhadap poundsterling Inggris, didukung oleh data ketenagakerjaan Inggris yang lebih lemah dari perkiraan, yang meningkatkan ekspektasi pemotongan suku bunga kebijakan yang akan datang oleh Bank of England (BoE).

Adapun, pada perdagangan kemarin nilai tukar Rupiah bergerak dalam kisaran 16.268–16.284 per dollar AS, dan ditutup menguat tipis 0,01 persen ke level 16.273 per dollar AS.

Penguatan rupiah ditopang oleh rilis data cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2025 yang cenderung stabil di angka 152,5 miliar dollar AS, di tengah puncak musiman pembayaran return aset dalam negeri kepada non-residen dan pembayaran utang pemerintah.

Namun demikian, Josua mengungkapkan penguatan tersebut cenderung lebih terbatas karena investor cenderung bersikap wait and see di tengah berlanjutnya perundingan dagang antara AS dan China.

"Hari ini, rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran 16.225-16.350 per dollar AS," kata dia kepada MasterV, Rabu (11/6/2025).

Ia menambahkan, imbal hasil obligasi rupiah sebagian besar tidak berubah sepanjang hari, sejalan dengan tren stabilnya nilai tukar rupiah. Yield pada seri acuan 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing tercatat 6,35 persen (-1bps), 6,77 persen (0bps), 6,98 persen (0bps), dan 7,03 persen (0bps).

Di samping itu, volume perdagangan obligasi pemerintah membukukan 34,53 triliun dollar AS pada sesi Selasa, atau lebih rendah dari sesi Kamis lalu, sebesar 47,48 triliun dollar AS.

Josua mengungkapkan, pada 5 Juni 2025, investor asing meningkatkan kepemilikan obligasi rupiah mereka sebesar Rp 4,85 triliun menjadi Rp 928 triliun atau 14,56 persen dari total yang beredar.

"Pemerintah menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan berhasil menerbitkan obligasi senilai Rp 10 triliun dari penawaran masuk sebesar Rp 36,89 triliun," imbuh dia.

Dihubungi secara terpisah, Analis Mata Uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dollar AS.

Dollar AS sedang mengalami rebound di tengah antisipasi investor akan hasil positif dari pembicaraan tarif antara China dengan AS.

Di sisi lain, Lukman bilang, aliran modal asing di pasar modal tentunya masih terus mendukung rupiah dari perlemahan, mengingat dolar AS cukup kuat dalam pekan ini oleh antispasi trade talk China-AS.

"Range pergerakan rupiah hari ini 16.200-16.300," tutup dia.

Melansir data Bloomberg, pukul 09.09 WIB rupiah berada pada level Rp 16.271,5 per dollar AS atau menguat 3,5 poin (0,02 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.275 per dollar AS.

Sementara itu, mengacu pada kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah pada Selasa (10/6/2025) berada di level Rp 16.276 per dollar AS, atau menguat dibandingkan hari Kamis (5/6/2025) berada di level Rp 16.277 per dollar AS.