Orang Kaya Ramai Simpan Emas di Singapura, Ini Alasannya!

Admin

01/06/2025

4
Min Read

MasterV – Para individu super kaya di berbagai penjuru dunia kini berbondong-bondong mengalihkan simpanan emas mereka ke Singapura. Langkah ini menjadi pilihan utama seiring dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global, yang memicu kekhawatiran mendalam mengenai keamanan aset.

Berdasarkan laporan Liputanku, Rabu (28/5/2025), salah satu lokasi penyimpanan emas yang sangat diminati adalah “The Reserve,” sebuah fasilitas penyimpanan logam mulia megah dengan enam lantai, yang strategis terletak tak jauh dari Bandara Changi, Singapura.

Dengan sistem keamanan yang sangat canggih dan desain berlapis oniks yang menawan, The Reserve saat ini menyimpan emas dan perak senilai sekitar 1,5 miliar dollar AS, atau setara dengan Rp 24,48 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.322 per dollar AS).

Fasilitas mewah ini menawarkan ratusan brankas pribadi serta ruang penyimpanan luas yang menampung ribuan kotak deposit, tersusun hingga mencapai ketinggian tiga lantai.

Gregor Gregersen, pendiri The Reserve, menyampaikan bahwa permintaan penyimpanan emas dan perak di fasilitasnya mengalami lonjakan signifikan, mencapai 88 persen pada periode Januari hingga April 2025, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Penjualan emas dan perak batangan juga mencatat peningkatan yang luar biasa, melonjak hingga 200 persen secara tahunan.

"Kecenderungan yang sedang berkembang saat ini adalah menyimpan emas fisik di wilayah hukum yang aman seperti Singapura, dengan mitra yang memiliki reputasi terpercaya," ungkap Gregersen.

Menurut penuturannya, sekitar 90 persen dari pesanan baru berasal dari luar Singapura.

Emas: Aset Pelindung di Tengah Ketidakpastian

Lonjakan minat terhadap emas fisik ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global, termasuk ketegangan perdagangan yang berkelanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta volatilitas politik yang menyelimuti menjelang pemilihan umum di AS.

Harga emas pun terus menunjukkan tren penguatan yang konsisten, bahkan sempat mencapai rekor tertinggi, meskipun baru-baru ini mengalami sedikit koreksi. Saat ini, harga spot emas tercatat berada di kisaran 3.346,32 dollar AS per ons, atau sekitar Rp 54,65 juta per ons.

Sejumlah analis bahkan memperkirakan bahwa harga emas berpotensi menembus angka 5.000 dollar AS per ons pada tahun depan, atau setara dengan Rp 81,61 juta.

Emas Fisik versus Emas Kertas

Tidak hanya lokasi penyimpanan yang menjadi perhatian, bentuk kepemilikan emas juga menjadi pertimbangan penting bagi para investor. Saat ini, mereka cenderung lebih memilih emas fisik dibandingkan dengan emas kertas atau instrumen derivatifnya.

Menurut Gregersen, emas fisik dianggap lebih aman dari berbagai risiko, baik risiko geopolitik maupun risiko pihak ketiga (counterparty risk).

Krisis Silicon Valley Bank pada tahun 2023 menjadi salah satu faktor pendorong pergeseran preferensi ini.

"Banyak investor tidak lagi ingin sekadar memiliki klaim atas emas yang tersimpan dalam sistem perbankan. Mereka menginginkan emas yang nyata dan dapat diakses secara langsung," jelas Nicky Shiels, Kepala Riset dan Strategi Logam di MKS Pamp, sebuah perusahaan penyulingan dan perdagangan logam mulia global.

John Reade, Kepala Strategi Pasar di World Gold Council, menambahkan bahwa sebagian pemilik emas fisik bahkan cenderung enggan menyimpan logam mulia mereka di bank, termasuk dalam bentuk akun teralokasi.

"Mereka lebih memilih lembaga penyimpanan non-bank," imbuhnya.

Singapura, “Jenewa dari Timur”

Selain faktor keamanan dan stabilitas politik yang kuat, posisi geografis strategis Singapura juga menjadi daya tarik tersendiri. Negara ini dikenal sebagai pusat transit internasional yang vital, sehingga mempermudah logistik penyimpanan dan pengambilan emas.

“Singapura dianggap sebagai 'Jenewa dari Timur'. Wilayah hukum ini sangat stabil, baik secara politik maupun ekonomi,” tegas Shiels.

Pandangan serupa juga diutarakan oleh Jeremy Savory, pendiri Millionaire Migrant, sebuah firma konsultasi yang berfokus membantu individu berpenghasilan tinggi dalam pengurusan kewarganegaraan dan relokasi aset.

“Jika Anda berasal dari negara dengan sistem perbankan yang kurang dapat diandalkan, seperti Lebanon, Mesir, atau Aljazair, menyimpan emas di luar negeri merupakan pilihan yang sangat bijaksana,” ungkapnya.

Namun, Reade mengingatkan bahwa menyimpan emas fisik mungkin bukan pilihan yang ideal bagi investor jangka pendek, mengingat biaya transaksi dan logistik yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan investasi emas berbasis kertas.

Meskipun demikian, tren pengalihan simpanan emas fisik ke lokasi-lokasi seperti Singapura diperkirakan akan terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global dan kebutuhan akan perlindungan aset yang lebih konkret dan mudah diakses secara langsung.

.