Lelang Sukuk Negara Rp 8 Triliun: Pemerintah Cari Dana Segar

Admin

19/06/2025

2
Min Read

JAKARTA, MasterV — Pemerintah Indonesia kembali mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), yang juga dikenal sebagai Sukuk Negara, pada hari Selasa, 10 Juni 2025. Estimasi nilai yang ditargetkan dari proses lelang kali ini adalah sebesar Rp 8 triliun, dengan tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan pembiayaan yang tercantum dalam APBN 2025.

Menurut keterangan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lelang SBSN kali ini akan menghadirkan tujuh seri sukuk. Rinciannya terdiri dari dua seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) dan lima seri Project Based Sukuk (PBS).

“Pelaksanaan lelang SBSN akan memanfaatkan sistem yang telah disiapkan oleh Bank Indonesia, yang bertindak sebagai agen lelang,” bunyi pengumuman resmi dari Kementerian Keuangan pada hari Jumat (6/6/2025).

Proses lelang akan dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB di hari yang sama. Pengumuman hasil lelang akan dilakukan pada hari yang sama, sementara proses setelmen akan diselesaikan dua hari kerja berikutnya, yaitu pada tanggal 12 Juni 2025.

Rincian Seri dan Tingkat Imbalan

Berikut adalah detail dari tujuh seri SBSN yang akan ditawarkan dalam lelang yang akan datang:

Institusi Keuangan Berebut Peluang

Sejumlah bank besar dan lembaga keuangan terkemuka telah ditunjuk sebagai dealer utama dalam lelang yang sangat dinantikan ini, di antaranya:

SBSN, atau sukuk negara, adalah instrumen pembiayaan berbasis syariah yang digunakan oleh pemerintah untuk membiayai proyek-proyek tertentu atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Sebagai pembeda utama dari obligasi konvensional, sukuk tidak memberikan pembayaran bunga. Sebaliknya, sukuk menawarkan imbal hasil yang berasal dari aset dasar (underlying asset) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Dengan target ambisius sebesar Rp 8 triliun, atau setara dengan sekitar 484 juta dollar AS (lebih kurang Rp 7,986 triliun), pemerintah menaruh harapan besar pada tingginya minat investor terhadap sukuk. Hal ini di tengah dinamika situasi ekonomi global yang penuh tantangan, termasuk pengaruh dari tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi yang terjadi di China.