Gunung Kuda Longsor: Teknik Tambang Picu Risiko Tinggi?

Admin

11/06/2025

3
Min Read

Longsor yang terjadi di tambang batu kapur Gunung Kuda, Cirebon, disinyalir menggunakan teknik penambangan undercutting dengan kemiringan melebihi 45 derajat. Para ahli berpendapat, metode ini mengandung potensi bahaya yang signifikan.

"Saya sendiri merasa perlu mempertanyakan, mengapa teknik undercutting yang dipilih. Ini sangat berisiko jika diterapkan tanpa kalkulasi yang cermat," ungkap Imam Sadisun, pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), saat dihubungi oleh detikINET pada Senin, 2 Juni 2025.

Metode undercutting sendiri merupakan teknik penambangan yang melibatkan pemotongan lereng dinding rendah di area pertambangan. Tujuannya, membuat sudut kemiringan tambang melebihi sudut perlapisan batuan atau bidang diskontinu.

"Dalam konteks penambangan di permukaan, kemiringan lereng memegang peranan kunci. Bagaimana merancang lereng yang aman sekaligus memaksimalkan hasil tambang," jelasnya lebih lanjut.

"Dalam kasus ini, singkatnya, desainnya tampak seolah-olah memang dirancang untuk memicu longsor. Apabila desainnya aman, tidak membahayakan manusia dan infrastruktur lain, mereka memang berpotensi mendapatkan hasil galian yang melimpah. Namun, perlu diingat bahwa teknik ini membawa risiko yang besar," papar Imam.

Dalam proses penambangan, berbagai faktor krusial harus dipertimbangkan secara seksama. Ini meliputi struktur batuan, kondisi geologis, lapisan batuan, aspek geohidrologi, bahkan faktor cuaca dan potensi terjadinya gempa.

"Bahkan sebelum menentukan kemiringan, diperlukan simulasi menggunakan perangkat lunak khusus yang mempertimbangkan berbagai faktor risiko. Ketentuan ini tercantum dalam Permen ESDM yang mengatur tentang penambangan, yang memuat persyaratan-persyaratan yang wajib dipenuhi," terangnya.

Melihat karakteristik geologi area tambang Gunung Kuda, ia menyarankan agar penambangan batuan dilakukan secara bertahap atau berundak, atau dengan teknik peledakan yang terencana. Tentu saja, hal ini harus memperhitungkan jatuhnya material agar tidak membahayakan pekerja, peralatan, serta infrastruktur yang ada di lokasi tambang.

"Idealnya, proses penambangan dimulai dari atas (berundak). Jika peruntuhan material tak terhindarkan, pastikan tidak ada pekerja di sekitar area, lakukan dari jarak jauh, dan hanya boleh dilakukan oleh teknisi juru ledak bersertifikat. Pastikan juga bahwa peledakan dilakukan sehalus mungkin dan dengan efek minimal," tambahnya.

Mitigasi Longsor

Mitigasi bencana di wilayah penambangan mencakup serangkaian upaya untuk meminimalkan risiko serta dampak negatif yang mungkin timbul akibat bencana alam atau bencana yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan.

Imam menjelaskan, mitigasi di area tambang secara umum sangat bergantung pada aspek regulasi dan pengawasan yang ketat terhadap implementasi regulasi tersebut. Upaya ini mencakup perencanaan yang matang, persiapan yang komprehensif, serta tindakan mitigasi yang bersifat struktural dan non-struktural.

"Setelah izin tambang diterbitkan dan dinyatakan memenuhi berbagai persyaratan untuk menjalankan aktivitas penambangan, yang lebih krusial adalah pengawasan yang terstruktur dan ketat dalam pelaksanaannya," tegas Imam.

Ia berpendapat bahwa longsor yang terjadi di area tambang Gunung Kuda merupakan kecelakaan yang diakibatkan oleh kelalaian dalam aspek keselamatan kerja, yang sayangnya sampai menimbulkan korban jiwa.

"Apakah motif mereka adalah menambang dengan modal seefisien mungkin? Longsor seharusnya membawa dampak positif jika persiapan dan perhitungannya dilakukan dengan benar. Permasalahannya, mereka tampaknya tidak memiliki informasi yang akurat mengenai kapan potensi longsor bisa terjadi," pungkasnya.

Video Detik-detik Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon – Liputanku

Video Detik-detik Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon – Liputanku