Idul Adha Berduka: Kebakaran Hebat Landa Penjaringan

Admin

17/06/2025

4
Min Read

Musibah kebakaran melanda kawasan padat penduduk di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Tragedi yang terjadi di tengah perayaan Idul Adha ini menyebabkan sejumlah bangunan luluh lantak.

Menurut informasi yang dihimpun, titik awal api berasal dari Jalan Kapuk Raya No. 26, RT 5 RW 5, yang berlokasi dekat dengan SPBU AKR. Pihak berwenang menerima laporan kebakaran ini pada pukul 12.18 WIB, hari Jumat (6/6/2025), melalui Command Center.

Gatot Sulaeman, Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara, menyatakan bahwa sekitar 17 unit mobil pemadam kebakaran beserta 85 personel segera dikerahkan ke lokasi kejadian sekitar pukul 12.27 WIB untuk memadamkan kobaran api.

Hingga pukul 16.30 WIB kemarin, kepulan asap masih terlihat membubung tinggi. Berdasarkan pantauan Liputanku, sebagian besar bangunan di lokasi kejadian telah rata dengan tanah.

Asap tebal mengganggu jarak pandang, sementara tiang-tiang beton dan puing-puing sisa kebakaran berserakan di mana-mana. Warga terlihat hilir mudik di sekitar area tersebut, sebagian dari mereka berusaha menyelamatkan barang-barang berharga yang masih tersisa.

750 KK Terdampak

Api akhirnya berhasil dijinakkan sekitar pukul 18.00 WIB, setelah unit mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan ditambah menjadi 29 unit.

Bayu Meghantara, Kadis Gulkarmat DKI Jakarta, memastikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden kebakaran ini.

"Alhamdulillah, hingga saat ini kami belum menerima laporan adanya korban jiwa, baik dari warga maupun dari personel kami. Alhamdulillah, semuanya dalam keadaan aman," ujarnya.

Sementara itu, Kasudin Gulkarmat Jakarta Utara, Gatot Sulaeman, mengungkapkan bahwa insiden ini berdampak pada 750 kepala keluarga. Kerugian akibat kebakaran diperkirakan mencapai sekitar Rp 8 miliar.

"Kerugian ditaksir mencapai sekitar Rp 8 miliar. Jumlah warga yang terdampak sekitar 750 KK," jelas Gatot.

Kendala Petugas Damkar dalam Memadamkan Api

Bayu Meghantara mengungkapkan berbagai kendala yang dihadapi selama proses pemadaman api. Ia menjelaskan bahwa lokasi kebakaran yang berada di permukiman padat penduduk memaksa petugas untuk mencari solusi dengan menarik selang dari aliran sungai di sekitar lokasi.

"Ya, karena ini kawasan padat penduduk, akses menjadi tantangan. Untuk sumber air, kami harus memiliki tandon-tandon yang tersedia. Mengingat luas area yang terbakar cukup besar, kami membutuhkan pasokan air yang relatif lebih banyak," tutur Bayu kepada wartawan di lokasi kejadian, Jumat (6/6/2025).

Selain itu, akses jalan menuju titik lokasi juga sangat terbatas. Pantauan Liputanku menunjukkan bahwa hanya jalan setapak atau gang sempit yang bisa digunakan untuk memasuki permukiman padat penduduk tersebut.

Unit damkar harus mengatasi keterbatasan ini dengan menarik selang yang disambung-sambung hingga mencapai titik api. Area yang terbakar pun sangat luas.

"Ya, kami melakukan penyisiran. Kami mencoba mengakses dari sisi-sisi luar yang memungkinkan. Dengan bantuan selang yang cukup panjang, kami berusaha memaksimalkan upaya pemadaman," imbuhnya.

Detik-detik Api Merajalela

Muna (40), seorang warga RT 17, pertama kali melihat asap hitam yang berasal dari kobaran api di belakang rumahnya. Saat itu, ibadah salat Jumat sedang berlangsung di masjid.

"Api sudah terdengar dari belakang seperti membakar, 'keretak, keretak, keretak', begitu suaranya. Awalnya saya kira hanya kebakaran kecil akibat korsleting, karena memang sering terjadi. Paling hanya satu kamar, karena beberapa kali pernah terjadi. Tapi saat saya keluar, ternyata api sudah besar. Saya langsung masuk membangunkan anak-anak di kamar dan menyuruh mereka keluar," cerita Muna saat ditemui di lokasi kejadian, Jumat (6/6/2025).

Saat kejadian, Muna sedang menjaga warung miliknya. Ia hanya sempat menyelamatkan beberapa dokumen penting seperti ijazah dan kartu keluarga. Selebihnya, seluruh isi warung dan lantai dasar rumahnya hangus dilalap api.

"Saya berpikir, surat-surat penting harus dikumpulkan jadi satu, seperti akta, ijazah, karena di sini sering terjadi kebakaran. Jadi, saya jadikan satu saja di dalam map besar. Kalau ada apa-apa, tinggal ambil," jelas Muna, yang mengaku telah tinggal di kawasan tersebut sejak tahun 2008.

Kawasan permukiman yang berdiri di atas tanah rawa dengan mayoritas bangunan semi permanen menyebabkan api dengan cepat merambat. Muna mengaku kini merasa kebingungan setelah kehilangan tempat tinggalnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Warni (54), warga lainnya yang rumahnya juga turut menjadi korban kebakaran. Ia hanya mampu menyelamatkan barang seadanya.

"Saya pulang kerja, rumah belum terkena api. Tapi karena apinya sudah dekat, hanya berjarak dua rumah, saya sempat menyelamatkan sedikit pakaian bekas. Setelah itu, saya sudah tidak bisa masuk lagi. Jadi, hanya pakaian bekas itu yang bisa saya bawa," ucap Warni.

Lihat Video 'Kebakaran Hebat Landa Kawasan Padat Penduduk di Penjaringan':