Peran teknologi pertanian sangat krusial dalam menjawab berbagai tantangan kontemporer, mulai dari dampak perubahan iklim, disparitas produktivitas, hingga isu regenerasi petani. Teknologi menjadi fondasi utama untuk mewujudkan pertanian modern yang efisien, berkelanjutan, sekaligus menjadi solusi agar sistem pangan nasional menjadi lebih tangguh dan mandiri.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Industri Pangan dan Pengolahan memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, mencapai sekitar 38-40%. Situasi ini menciptakan peluang sekaligus memunculkan kebutuhan akan tenaga kerja yang kompeten di bidang Teknologi Pangan dan Teknologi Pertanian secara umum.
Fakta ini tercermin dari tingginya penyerapan tenaga kerja di Industri Pengolahan Pangan dan Pertanian, yang mencapai masing-masing 18,98% dan 12,61%.
Direktur Wilmar Padi, Saronto, menyampaikan bahwa industri terus berkembang dan membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian berbasis Teknologi Pertanian.
“Industri kita terus bertumbuh dan membutuhkan tenaga kerja berbasis Teknologi Pertanian,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip pada Selasa (10/6/2025).
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan bahwa ketahanan pangan, perubahan iklim, serta tantangan keberlanjutan merupakan isu-isu yang sangat nyata.
“Tidak hanya diperlukan terobosan dalam pengembangan teknologi, tetapi juga perubahan paradigma. Diperlukan pendekatan sistematis yang berbasis data, berorientasi pada keberlanjutan lingkungan, dan berkeadilan sosial. Ilmu Pengetahuan harus hadir secara nyata di tengah masyarakat sebagai solusi konkret, bukan sekadar teori,” tegasnya.
Kepala Badan PPSDMP, Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti, berpendapat bahwa korelasi antara pengembangan teknologi pertanian juga diperlukan dalam program-program strategis pemerintah, seperti program makan bergizi gratis, penguatan pendidikan vokasional, hilirisasi agroindustri, hingga kemandirian pangan yang berbasis pada sumber daya lokal.