Jelang Armuzna: Tips Haji Hemat Energi dari Menag

Admin

04/06/2025

5
Min Read

On This Post

MasterV, Jeddah – Pemerintah Arab Saudi memberikan beberapa anjuran penting kepada pemerintah Indonesia terkait persiapan menjelang puncak ibadah haji yang akan dilaksanakan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Salah satu perhatian utama adalah perkiraan suhu ekstrem yang berpotensi mencapai 50 derajat Celcius selama pelaksanaan wukuf hingga lempar jumrah.

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini menjadi tantangan serius bagi jemaah haji Indonesia, yang umumnya berasal dari daerah tropis dengan suhu rata-rata lebih rendah dibandingkan Makkah. Oleh karena itu, beliau mengimbau seluruh jemaah haji Indonesia untuk benar-benar menjaga kesehatan, termasuk memastikan asupan cairan tubuh yang cukup dengan minum secara teratur.

Beliau menyarankan agar jemaah haji Indonesia lebih fokus menyimpan energi untuk melaksanakan puncak haji, daripada terlalu memaksakan diri dengan ibadah sunnah yang berlebihan, seperti arbain di Madinah atau umrah sunnah berkali-kali di Masjidil Haram Makkah.

“Kami telah menyampaikan imbauan kepada jemaah haji untuk *saving energy* demi kelancaran ibadah haji,” tegas Menag saat konferensi pers di Jakarta menjelang keberangkatan ke Arab Saudi, pada hari Kamis, 29 Mei 2025.

Selain itu, beliau juga mengajak seluruh jemaah haji Indonesia untuk menjadi teladan yang baik bagi jemaah haji dari negara lain. Menurutnya, pemerintah Arab Saudi memberikan perhatian khusus kepada jemaah haji Indonesia karena jumlahnya yang signifikan, mencapai seperlima dari total jemaah haji dunia. Saat ini, lebih dari 1,1 juta jemaah haji telah tiba di Arab Saudi.

“Oleh karena itu, jika jemaah haji Indonesia mampu menunjukkan ketertiban, hal ini dapat menjadi contoh yang baik untuk pergerakan jemaah haji dari negara lain,” lanjutnya.

Hingga saat ini, Menag melaporkan bahwa sebanyak 482 kloter dari total 525 kloter telah diberangkatkan ke Arab Saudi pada musim haji tahun ini. Jumlah ini mencakup 180.734 jemaah haji reguler, terdiri dari 105.085 perempuan (55 persen) dan 84.969 laki-laki (45 persen).

Sementara itu, jumlah jemaah haji khusus yang telah tiba di Tanah Suci mencapai 15.033 orang. Seluruh jemaah haji gelombang pertama yang sebelumnya berada di Madinah kini telah berada di Makkah. “Seluruh jemaah terkonsentrasi di Makkah untuk mengikuti puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina,” jelas Menag.

Sesuai dengan ketetapan otoritas Arab Saudi, tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada 28 Mei 2025, sehingga wukuf di Arafah akan dilaksanakan pada Kamis, 5 Juni 2025. Jemaah akan mulai bergerak dari Makkah menuju Armuzna pada 8 Dzulhijjah 1446 H atau Rabu, 4 Mei 2025, dalam tiga periode waktu yang berbeda.

Sementara itu, rombongan Amirul Hajj yang dipimpin olehnya akan terbang ke Arab Saudi menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada hari ini dan dijadwalkan tiba pada Kamis malam. Anggota rombongan lainnya, termasuk Wamenag Romo Muhammad Syafi’i, Kepala Badan Penyelenggara Haji (BPH) Muhammad Irfan Yusuf, Wakil Kepala BPH Dahnil Anzar Simanjuntak, Menteri Perhubungan Dudi Sugandi, serta Penasihat Khusus Presiden dalam Urusan Haji Muhadjir Effendy, akan tiba pada waktu yang bervariasi.

Sebelumnya, Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Muchlis M Hanafi menyampaikan sembilan imbauan penting dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi kepada seluruh petugas dan jemaah haji Indonesia menjelang puncak ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Imbauan ini disampaikan dalam rapat koordinasi yang diadakan pada Selasa, 27 Mei 2025.

Pertama, Kementerian Haji dan Umrah menekankan larangan bagi jemaah untuk keluar dari tenda di Arafah dan Mina antara pukul 10 pagi hingga 4 sore Waktu Arab Saudi (WAS), karena suhu diperkirakan dapat mencapai 50 derajat Celcius. “Imbauan ini dikeluarkan demi menjaga keselamatan dan kesehatan seluruh jemaah,” ungkapnya dalam jumpa pers di Makkah, Rabu, 28 Mei 2025.

Kedua, pentingnya kedisiplinan dalam pergerakan di Armuzna. Beliau menegaskan bahwa jemaah harus mengikuti jadwal pergerakan resmi yang telah ditetapkan oleh syarikah masing-masing. “Oleh karena itu, dilarang bergerak sendiri-sendiri yang tidak sesuai dengan penempatan yang telah ditentukan,” tambahnya.

Ketiga, larangan penyembelihan hewan dam di luar program Adahi. Muchlis telah berulang kali mengingatkan bahwa jemaah haji yang melakukan penyembelihan hewan dam di luar program Adahi akan dikenakan sanksi tegas oleh pemerintah Arab Saudi. “Penyembelihan di luar program resmi, termasuk melalui perantara atau tempat-tempat yang tidak berizin, sangat dilarang,” tegasnya.

Keempat, pengaturan jadwal melontar jumrah. Pelaksanaannya, menurut beliau, harus mengikuti jadwal resmi yang telah ditetapkan oleh syarikah dan markaz yang telah diketahui oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. “Jadi, dilarang melakukan pelontaran jumrah secara bebas dan individual,” tekannya.

Kelima, seluruh jemaah wajib membawa dan menjaga kartu nusuk. Para petugas haji, lanjutnya, diminta untuk memastikan bahwa tidak ada jemaah yang kehilangan atau tidak memiliki kartu tersebut. “Bahkan, ditegaskan agar tidak terjadi jemaah haji yang tidak bisa masuk ke Masjidil Haram karena terkendala masalah nusuk,” ujarnya.

Keenam, jemaah diimbau untuk menjaga kesehatan dengan selalu mengenakan masker, menggunakan payung saat berada di luar tenda, mencuci tangan atau menggunakan *hand sanitizer*, mengonsumsi makanan sehat, dan mencukupi kebutuhan cairan tubuh.

Ketujuh, jika terdapat keluhan terkait layanan syarikah, seperti masalah listrik, AC, air, atau fasilitas lainnya, jemaah dapat menghubungi nomor pengaduan resmi 1966. “Oleh karena itu, seluruh petugas diminta untuk menyosialisasikan nomor ini,” katanya.

Kedelapan, petugas kloter wajib hadir di tenda bersama jemaah, dan nomor kontak mereka harus mudah diakses jika terjadi kondisi darurat.

Kesembilan, tampil sebagai teladan. “Kita diharapkan dapat tampil sebagai teladan dalam ketaatan terhadap aturan, kedisiplinan, dan menjaga citra positif bangsa Indonesia di mata dunia,” pungkasnya.