Para arkeolog baru-baru ini menggemparkan dunia dengan penemuan struktur piramida berusia 2.200 tahun di jantung Gurun Yudea. Gurun yang terletak di Israel dan Tepi Barat, membentang ke timur Yerusalem dan berbatasan dengan Laut Mati, menyimpan teka-teki sejarah yang terbuat dari bebatuan seberat ratusan kilogram.
Penggalian awal di lokasi tersebut telah membuahkan hasil yang luar biasa, berupa beragam artefak berharga. Mulai dari dokumen-dokumen sejarah yang mengungkap masa lalu, hingga bejana perunggu yang indah dan perabotan kuno yang elegan, semuanya ditemukan. Namun, fungsi sebenarnya dari struktur piramida ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan bagi para arkeolog.
Investigasi yang lebih mendalam sangat diharapkan untuk menguak tujuan sebenarnya dari situs tersebut. Apakah struktur ini berfungsi sebagai menara penjaga yang kokoh, sebuah monumen peringatan yang megah, atau bahkan benteng yang digunakan untuk memungut pajak? Pertanyaan-pertanyaan ini masih menggantung di udara.
Penemuan piramida ini hadir bersama serangkaian petunjuk menarik. Situs ini kaya akan dokumen sejarah Yunani yang tertulis pada papirus, koin perunggu yang dicetak pada masa pemerintahan penguasa Yunani, sejumlah besar senjata, dan bahkan perabotan kuno yang terpelihara dengan baik. Para arkeolog sangat antusias untuk meneliti setiap artefak berharga ini dengan harapan dapat memahami alasan keberadaan bangunan misterius ini.
Situs yang aktif selama masa pemerintahan Ptolemeus dan Seleucid di Israel ini, terletak sekitar tiga kilometer di selatan Masada. Otoritas Purbakala Israel (IAA) menggambarkan situs ini sebagai ‘reruntuhan besar’ dan mengakui kepentingan sejarahnya yang signifikan.
“Apa yang telah kami temukan di sini merupakan salah satu penggalian arkeologi paling kaya dan paling menarik yang pernah ditemukan di Gurun Yudea,” ungkap direktur penggalian dalam sebuah pernyataan dari IAA, seperti yang dilansir Liputanku pada hari Sabtu (7/5/2025).
“Struktur piramida yang kami temukan ini sungguh luar biasa, dibangun dari batu-batu yang dipahat dengan tangan, yang masing-masing beratnya mencapai ratusan kilogram,” tambahnya.
Pada minggu pertama penggalian, para relawan yang bekerja sama dengan pihak berwenang menemukan dokumen sejarah tertulis, bejana perunggu, perkakas kayu, kain, dan berbagai artefak lainnya. Semuanya terawetkan dengan baik berkat iklim gurun yang kering.
“Situs ini sangat menjanjikan. Setiap saat, temuan baru terus bermunculan, dan kami dipenuhi dengan antisipasi,” tulis tim tersebut dengan penuh semangat.
Sebagai bagian dari operasi arkeologi Gurun Yudea yang lebih luas, yang dimulai delapan tahun lalu dengan tujuan menyelamatkan temuan-temuan potensial dari penggalian dan pencurian ilegal, Unit Pencegahan Perampok secara sistematis menjelajahi gurun di sepanjang tebing sepanjang 2,8 km, dan berhasil menemukan sekitar 900 gua.
Ribuan benda langka telah ditemukan, termasuk gulungan-gulungan yang sengaja disembunyikan. Para arkeolog mengakui bahwa penemuan piramida ini merupakan kejutan yang tak terduga.
“Penggalian ini mengubah catatan sejarah situs tersebut. Bertentangan dengan hipotesis sebelumnya yang mengaitkan struktur ini dengan periode Bait Suci Pertama, tampaknya struktur ini dibangun kemudian, selama periode Helenistik, ketika tanah Israel berada di bawah kekuasaan Ptolemeus,” tulis ketiga pemimpin penggalian tersebut.
Karena tujuan pembangunan situs tersebut masih belum diketahui dengan pasti, tim arkeolog menyebutnya sebagai ‘misteri sejarah yang memikat’ yang diharapkan dapat terungkap melalui penggalian yang sedang berlangsung.
Beberapa teori yang berkembang menyebutkan bahwa bangunan itu berfungsi sebagai benteng untuk melindungi jalan, tetapi ada juga kemungkinan bahwa bangunan itu menjadi tempat tinggal bagi para pemungut pajak yang bekerja saat para pelancong melintas. Para arkeolog juga meyakini bahwa bangunan itu kemudian digunakan kembali sebagai makam monumental.
“Awalnya, kami mengira situs itu hanyalah sebuah makam, tetapi kemudian, kami melihat bentuk dinding aslinya, dan kami menyadari bahwa struktur itu adalah sebuah bangunan,” jelas Eitan Klein, salah satu dari tiga arkeolog utama dalam penggalian tersebut.
“Pada akhirnya, kami mengidentifikasinya sebagai menara atau benteng yang berasal dari periode Helenistik, atau sekitar 2.200 tahun yang lalu,” tambahnya.
Penelitian mendalam tentang isi yang tertulis pada dokumen papirus tersebut belum dimulai, tetapi Klein meyakini bahwa itu mungkin merupakan bagian dari catatan pajak.
“Menemukan catatan tertulis dari masa lampau adalah hal yang sangat langka, dan merupakan impian setiap arkeolog,” ungkapnya dengan antusias.