Polytron saat ini masih memanfaatkan fasilitas produksi mobil milik PT Handal Indonesia Motor. Pertanyaan yang muncul, kapan Polytron akan memiliki pabrik sendiri?
Menurut Direktur Komersial Polytron, Tekno Wibowo, skala ekonomi menjadi faktor penentu untuk mewujudkan pembangunan pabrik mandiri.
"Kapan waktunya? Tentu saja, harapan kami adalah, semakin banyak konsumen yang membeli produk kami, semakin cepat pula kami dapat membangun pabrik," ujar Tekno di Jakarta, Selasa (3/5/2025).
"Estimasi kami, penjualan minimal 5 ribu unit diperlukan sebelum kami dapat merealisasikan pembangunan pabrik," tambahnya.
Polytron G3 dan G3+ telah mencapai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 40 persen.
Mobil listrik ini menggunakan baterai Lithium Ferro Phospate (LFP) dengan kapasitas 51,916 kWh. Pasokan baterai berasal dari Gotion, yang sudah memiliki fasilitas perakitan di Indonesia.
Kedua model mobil ini merupakan hasil kolaborasi dengan perusahaan asal China, Skyworth. Tekno menjelaskan bahwa Polytron telah berinvestasi di pabrik HIM untuk proses perakitan Polytron G3 dan G3+.
"Penting untuk dicatat, meskipun kami masih menggunakan pihak ketiga untuk perakitan, Polytron telah melakukan investasi signifikan dalam peralatan dan instrumen," jelasnya.
Sebagai informasi, Polytron menargetkan penjualan 1.000 unit mobil listrik hingga akhir tahun 2025.
Mobil listrik Polytron juga baru diperkenalkan di Indonesia kurang dari sebulan yang lalu, tepatnya diluncurkan pada Selasa (6/5).
"Penjualan ke konsumen sudah mencapai puluhan unit. Selain itu, beberapa korporasi juga telah melakukan pembelian, meskipun belum melakukan uji coba secara menyeluruh," ungkap Tekno.
Sebagai langkah awal, Polytron EV Gallery & Service menjadi fondasi bagi pengembangan jaringan distribusi kendaraan listrik Polytron di seluruh Indonesia. Pada tahap awal ini, Polytron berencana membangun total 8 showroom yang akan berlokasi di berbagai kota besar.