Tanazul Haji 2025 Ditunda, Jemaah Bisa Mandiri

Admin

11/06/2025

5
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Bapak Muchlis M Hanafi, mengumumkan penundaan pelaksanaan program tanazul bagi jemaah haji Indonesia pada penyelenggaraan haji tahun ini. Keputusan penting ini selaras dengan arahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, yang menekankan aspek keselamatan sebagai pertimbangan utama.

Sebagai informasi, Pemerintah sebelumnya telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dengan Nomor 137 Tahun 2025, yang mengatur pelaksanaan skema tanazul. Program ini dirancang secara khusus untuk mengatasi potensi kepadatan di tenda-tenda Mina. Selain itu, program ini bertujuan memberikan kemudahan bagi jemaah, khususnya mereka yang lanjut usia, memiliki disabilitas, serta kelompok rentan lainnya, agar dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat dan dengan tetap mengutamakan keselamatan mereka.

"Berdasarkan hasil evaluasi yang komprehensif serta koordinasi intensif dengan berbagai pihak terkait di Arab Saudi, Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memutuskan untuk menunda pelaksanaan tanazul hingga musim haji di tahun-tahun mendatang. Hal ini dilakukan agar persiapan dapat dilakukan secara lebih matang dan terencana," jelas Bapak Muchlis M Hanafi di Makkah, pada hari Selasa, 3 Juni 2025.

"Kami menyadari sepenuhnya bahwa pembatalan yang dilakukan secara mendadak ini mungkin menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi sebagian jemaah. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa keputusan ini merupakan langkah terbaik yang dapat diambil saat ini demi menjaga keselamatan seluruh jemaah haji," imbuhnya dengan nada meyakinkan.

Dengan adanya perubahan kebijakan ini, program tanazul tidak lagi akan diprogramkan secara resmi oleh PPIH Arab Saudi. Ini berarti bahwa seluruh jemaah haji Indonesia akan tetap melaksanakan seluruh rangkaian ibadah di Mina, termasuk mabit (bermalam) dan melontar jumrah, sebelum kemudian kembali ke Makkah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan bagi masing-masing.

Meskipun demikian, jemaah haji tetap diperbolehkan untuk melakukan tanazul secara mandiri, asalkan mereka tetap berkoordinasi dengan syarikah (perusahaan penyelenggara haji) masing-masing. Hal ini terutama penting untuk memastikan ketersediaan konsumsi di hotel tempat mereka menginap.

Fase puncak pelaksanaan ibadah haji 1446 H dijadwalkan akan dimulai pada hari Rabu, 4 Juni 2025, yang ditandai dengan pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari Makkah menuju Arafah secara bertahap. PPIH Arab Saudi, bersama dengan syarikah penyedia layanan jemaah haji Indonesia, serta Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, telah mencapai kesepakatan bahwa pemberangkatan jemaah akan dilaksanakan berdasarkan syarikah, markaz (wilayah), dan hotel tempat jemaah menginap.

Kesepakatan penting ini juga diperkuat dalam kesimpulan Rapat Kerja Tim Pengawas Haji Republik Indonesia bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Penyelenggara Haji RI yang diselenggarakan pada tanggal 2 Juni 2025.

"Pemberangkatan jemaah akan dilaksanakan berdasarkan syarikah, markaz, dan hotel tempat jemaah menginap. Dalam situasi di mana terdapat jemaah dari syarikah dan/atau markaz yang berbeda dalam satu hotel, maka syarikah yang bersangkutan bertanggung jawab untuk tetap memberangkatkan mereka tanpa membedakan asal syarikah," paparnya dengan rinci.

Terkait dengan upaya penggabungan pasangan jemaah yang terpisah, Bapak Muchlis menjelaskan bahwa pihaknya telah menerbitkan Edaran dengan Nomor 059/PPIH-AS/5/2025 tertanggal 17 Mei 2025. Edaran tersebut secara jelas mengatur kategori pasangan yang berhak mendapatkan prioritas penggabungan, termasuk suami-istri, anak-orang tua, serta lansia/disabilitas beserta pendampingnya.

"Penggabungan pasangan jemaah yang terpisah akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam edaran PPIH Arab Saudi tanggal 17 Mei 2025. Jemaah yang terpisah dapat memilih salah satu hotel pasangannya, dengan tetap memperhatikan kapasitas hotel tersebut. Selanjutnya, mereka wajib melaporkan keputusan ini kepada petugas kloter dan sektor untuk dikoordinasikan lebih lanjut dengan syarikah terkait," urai Muchlis.

"Pemberangkatan ke Arafah akan dilakukan secara bersama-sama dalam satu rombongan," tambahnya, menegaskan pentingnya kebersamaan.

Bapak Muchlis menekankan agar edaran mengenai pembatalan program tanazul dan pengaturan pergerakan jemaah ini dijadikan pedoman operasional bagi seluruh petugas haji dan mitra layanan dalam pelaksanaan fase Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). "Kepatuhan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan ini merupakan bagian integral dari komitmen bersama kita dalam menjaga keselamatan, kenyamanan, dan kekhusyukan ibadah jemaah haji Indonesia," tegasnya.

Sementara itu, program murur tetap akan dilanjutkan pada penyelenggaraan haji tahun ini. Program yang secara khusus menargetkan jemaah haji lanjut usia, penyandang disabilitas, dan mereka yang berisiko tinggi ini, direncanakan akan diikuti oleh sekitar 67 ribu orang, atau sekitar 33 persen dari total jemaah. Mereka akan diangkut menggunakan bus yang kemudian bergerak melintasi Muzdalifah tanpa turun dari bus, setelah memasuki waktu maghrib, dan langsung menuju Mina.

Selain program murur, safari wukuf bagi jemaah haji yang memiliki uzur (halangan) atau sakit juga akan kembali diselenggarakan oleh PPIH pada tahun ini. Safari wukuf merupakan kegiatan memfasilitasi jemaah haji yang sakit atau memiliki uzur, sehingga tidak mampu melaksanakan wukuf secara mandiri. Mereka akan dibawa, baik dalam kondisi duduk maupun berbaring, menggunakan kendaraan yang melintasi Padang Arafah selama waktu wukuf berlangsung.

Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi rukun haji yang pelaksanaannya dimulai sejak tenggelamnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. Berdasarkan surat edaran dengan nomor 316/D.MAK/Dk.10/05/2025, tercatat sebanyak 500 nama jemaah haji yang akan mengikuti skema safari wukuf ini.

Untuk mendukung kelancaran program ini, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan empat unit bus khusus untuk mengangkut para jemaah yang akan melaksanakan safari wukuf. Dua di antaranya diperuntukkan bagi jemaah yang perlu berbaring, sementara dua bus lainnya disiapkan bagi jemaah yang masih mampu duduk.

"Yang kami identifikasi untuk diikutkan dalam safari wukuf adalah jemaah-jemaah yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit Arab Saudi dan diperkirakan akan dipulangkan menjelang Armuzna, namun belum memungkinkan untuk dirawat di hotel. Merekalah yang akan kami fasilitasi untuk mengikuti safari wukuf," ungkap Kepala Pusat Kesehatan Haji, Ibu Liliek Marhaendro Susilo, di Makkah, pada hari Senin, 2 Juni 2025.