PR Dihapus? Pro-Kontra Orang Tua: Beban atau Pengulangan?

Admin

21/06/2025

2
Min Read

On This Post

DEPOK, MasterV – Wacana mengenai penghapusan pekerjaan rumah (PR) bagi para pelajar telah memicu beragam pendapat dari kalangan orang tua.

Nuraini (37), seorang warga Citayam, mengungkapkan bahwa PR anaknya seringkali menjadi tantangan tersendiri baginya.

Pasalnya, dalam pengalamannya, Nuraini seringkali harus mendampingi, bahkan mengoreksi tugas-tugas anaknya.

“Sebenarnya, saya cenderung setuju jika volume PR dikurangi. Sebab, seringkali PR justru menjadi pekerjaan tambahan bagi saya. Anak saya terkadang terus bertanya karena belum memahami materi. Saya juga harus memasak dan membereskan rumah, sehingga terkadang merasa sedikit frustrasi,” ujar Nuraini kepada MasterV, Senin (9/6/2025).

Namun demikian, menurut pendapatnya, PR bagi pelajar sebaiknya tidak ditiadakan sepenuhnya.

Cukup dengan mengurangi proporsinya agar anak tetap memiliki kesempatan untuk berlatih tanpa bergantung sepenuhnya pada bantuan orang tua.

Nuraini merasa tidak yakin bahwa anaknya akan tetap belajar di rumah jika PR dihapuskan secara total.

Ia mengkhawatirkan bahwa kebiasaan belajar anak akan semakin merosot.

“Soalnya, anak saya setelah pulang sekolah cenderung langsung membuka HP atau menonton. Jika tidak ada PR, ia akan semakin melupakan pelajaran,” lanjutnya.

Oleh karena itu, menurut Nuraini, PR yang ideal adalah yang tidak memberatkan dan bersifat ringan bagi orang tua.

Ia juga menyarankan agar PR dapat digantikan dengan tugas mingguan yang lebih menarik.

“Yang ringan saja, satu atau dua soal sebagai sarana latihan. Tidak perlu semua mata pelajaran. Atau membuat proyek mingguan, itu akan jauh lebih menarik,” katanya.

Sementara itu, Dedi (42), seorang warga yang memiliki anak kelas 2 SMP, justru menyatakan penolakannya terhadap penghapusan PR.

Ia berpendapat bahwa PR memiliki peran penting sebagai pengulangan materi di rumah, terutama agar anak tidak terlalu terhanyut dalam kegiatan hiburan seperti bermain gawai.

“Saya tidak setuju. PR itu esensial untuk mengulang pelajaran. Anak saya jika tidak ada PR, akan terus bermain game. Tidak belajar,” tegas Dedi kepada MasterV.

Menurut Dedi, PR juga berkontribusi dalam membentuk rasa tanggung jawab serta kedisiplinan belajar di lingkungan rumah.

Ia merasa khawatir jika PR dihapus, anak-anak akan semakin menjauh dari kebiasaan membaca dan menulis.

“Dulu saya juga mendapatkan PR setiap hari, dan hal itulah yang membuat saya memahami pelajaran. Anak-anak zaman sekarang cenderung bermain HP terus, jika tidak ada PR, akan semakin malas belajar,” tuturnya.

Meskipun demikian, Dedi sependapat bahwa pemberian PR tidak perlu dilakukan secara berlebihan.

Menurutnya, cukup dengan memberikan satu atau dua tugas agar anak tetap belajar tanpa merasa terbebani.

“Cukup satu atau dua tugas saja. Jangan sampai semua guru memberikan PR setiap hari. Itu juga bisa membuat pusing,” pungkas Dedi.