Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP), Sakti Wahyu Trenggono, menyampaikan bahwa Presiden terpilih, Prabowo Subianto, memberikan instruksi penting untuk membangun sebanyak 1.000 Kampung Nelayan Merah Putih hingga tahun 2026. Sebagai langkah awal yang strategis, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan pembangunan 100 Kampung Nelayan pada tahun ini.
Trenggono, dalam laporannya kepada Presiden Prabowo Subianto, menjelaskan secara detail model kampung nelayan yang telah dirancang. KKP sendiri telah berhasil membangun Kampung Nelayan Modern Samber-Binyeri, sebuah contoh sukses yang berlokasi di ujung barat Pulau Biak. Berdasarkan penjelasan tersebut, Prabowo menyetujui rencana untuk memperluas pembangunan kampung nelayan secara signifikan.
“Saya melaporkan hal ini kepada Bapak Presiden. Tanggapan beliau sangat positif, beliau menekankan pentingnya mengubah fokus anggaran menjadi pembangunan kampung nelayan seperti ini. Alhamdulillah, target tahun ini adalah 100 kampung nelayan, yang dananya dialihkan dari program yang kurang prioritas,” ujar Trenggono dalam acara International Day for IUU Fishing, Kamis (5/6/2025).
Lebih lanjut, Trenggono mengungkapkan bahwa Prabowo secara khusus meminta penambahan jumlah Kampung Nelayan Merah Putih menjadi 1.000 unit. Menurut Trenggono, inisiatif ini memiliki potensi besar untuk mendongkrak produktivitas serta meningkatkan pendapatan para nelayan hingga mencapai 100%.
“Beliau menambahkan target yang ambisius, yaitu membangun seribu Kampung Nelayan Merah Putih dalam kurun waktu 2025-2026. Jika ini terwujud, produktivitas masyarakat nelayan akan mengalami lonjakan signifikan, dengan potensi peningkatan pendapatan mencapai 100%,” jelas Trenggono dengan optimis.
Permintaan Prabowo ini muncul setelah Trenggono memaparkan keberhasilan Kampung Nelayan Modern Samber-Binyeri di Biak dalam meningkatkan produksi dan efisiensi pengiriman ikan. Trenggono meyakini bahwa melalui pengembangan kampung nelayan yang terintegrasi, pendapatan nelayan dapat ditingkatkan secara substansial, dari Rp 3 juta menjadi Rp 6 juta.
“Bayangkan jika semua sarana terintegrasi di satu tempat. Fokus kami bukan hanya pada perumahan, tetapi pada peningkatan produktivitas dan kualitas hasil tangkapan. Dulu, es harus dibeli dari kulkas-kulkas dan penjualan ke pasar menggunakan sepeda motor. Sekarang, setelah ikan ditangkap, es sudah tersedia di pabrik es di lokasi yang sama. Selain itu, ikan juga dapat disimpan langsung di cold storage yang juga tersedia di situ,” terang Trenggono dengan antusias.