Preah Vihear: Konflik Thailand-Kamboja & Warisan Dunia

Admin

22/06/2025

2
Min Read

On This Post

MasterV – Baru-baru ini, Thailand dan Kamboja kembali bersitegang menyusul insiden penembakan yang merenggut nyawa seorang serdadu Kamboja pada tanggal 28 Mei 2025 di kawasan perbatasan yang dipersengketakan.

Di balik tensi yang meningkat ini, terbentang sejarah panjang mengenai sengketa wilayah, sentimen nasionalisme, serta warisan budaya yang belum sepenuhnya menemui titik terang.

Salah satu aspek krusialnya adalah keberadaan Preah Vihear Temple, yang menjadi simbol pertikaian sekaligus kebanggaan budaya bagi kedua negara serumpun.

Preah Vihear Temple di tengah konflik Thailand dan Kamboja

Preah Vihear Temple, atau yang juga dikenal sebagai Khao Phra Viharn dalam bahasa Thailand, merupakan sebuah kompleks candi Hindu yang didirikan pada abad ke-11 dan terletak strategis di garis perbatasan kedua negara.

Kuil megah ini adalah sebuah mahakarya arsitektur Khmer, dengan struktur bangunan yang membentang sejauh 800 meter di atas tebing curam yang menghadap langsung ke dataran rendah Kamboja.

Keelokan arsitekturnya yang berpadu harmonis dengan keindahan alam serta dedikasinya kepada Dewa Siwa menjadikannya sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Keunikan arsitekturalnya dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, mengantarkannya pada pengakuan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2008.

Namun, pengakuan internasional tersebut justru menjadi katalisator bagi meningkatnya ketegangan. Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) telah mengeluarkan putusan pada tahun 1962 yang menyatakan bahwa kuil ini merupakan bagian integral dari wilayah Kamboja, Thailand tetap bersikeras mempertahankan klaim atas lahan di sekitarnya.

Ketegangan mencapai puncaknya pasca-pengajuan Preah Vihear Temple oleh Kamboja ke UNESCO, yang sayangnya berujung pada serangkaian baku tembak dan jatuhnya korban jiwa antara tahun 2008 hingga 2011.

Pada tahun 2013, ICJ kembali menggarisbawahi bahwa wilayah di sekeliling kuil juga berada dalam yurisdiksi Kamboja dan memerintahkan Thailand untuk menarik mundur seluruh pasukannya dari area tersebut.

Adapun landasan keputusan ICJ adalah merujuk pada peta batas wilayah yang dibuat oleh Perancis pada tahun 1907, ketika itu menjajah Kamboja.

Pemetaan ini mendasarkan batas negara pada garis pemisah alami (watershed), namun hasilnya kemudian menjadi sumber perselisihan yang berkepanjangan bagi Thailand. Sejak saat itu, sejumlah titik perbatasan masih belum didefinisikan secara resmi.