Pulau Gag Raja Ampat: Jejak Tambang Nikel dari Satelit

Admin

21/06/2025

5
Min Read

Sejumlah foto serta video menampilkan perubahan dramatis pada sebuah pulau. Dahulu hijau, kini sebagian besar wilayahnya berubah menjadi hamparan tanah coklat. Transformasi ini begitu kentara, bahkan terlihat jelas dari pantauan citra satelit.

Kita sesungguhnya dapat mengamati perubahan kondisi Pulau Gag melalui platform Google Earth. Google menyediakan fitur unggulan bernama “historical imagery”, memungkinkan pengguna untuk mengakses rekaman citra satelit dari waktu ke waktu. Fitur ini sangat berguna untuk memantau perubahan tutupan lahan di Pulau Gag selama beberapa dekade terakhir.

Google Earth juga menawarkan fitur *timelapse* yang memungkinkan kita melihat evolusi Pulau Gag selama kurang lebih 40 tahun terakhir dalam tampilan yang dipercepat. Fitur ini sangat membantu dalam melacak perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan atau aktivitas industri, seperti kegiatan pertambangan.

Jejak Transformasi Pulau Gag Melalui Citra Satelit

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag pada tahun 1984. Menurut pantauan *KompasTekno* melalui Google Earth, tersedia rekaman citra satelit Pulau Gag sejak tahun 1984 hingga 2020. Ini berarti, kita dapat menelusuri sejarah lingkungan pulau tersebut dalam rentang waktu sekitar 36 tahun.

Dalam mode *timelapse*, Google menyajikan arsip citra satelit mulai dari tahun 1984 hingga 2022.

Secara umum, Pulau Gag tampak didominasi warna hijau pada periode 1980-an hingga awal 2010-an. Akan tetapi, perubahan mulai terdeteksi pada tahun 2017. Muncul area-area terbuka berwarna coklat yang kontras dengan vegetasi hijau di sekitarnya. Area-area ini diduga kuat merupakan lokasi awal dari aktivitas pertambangan nikel.

Citra pada tahun 2018 memperlihatkan area terbuka yang semakin luas. Perubahan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun. Perbandingan citra antara tahun 2018, 2019, 2020, hingga citra terbaru tahun 2025, memperlihatkan bahwa area terbuka tersebut terus membesar.

Lubang-lubang berwarna coklat tersebut mengindikasikan wilayah yang telah kehilangan tutupan hutannya, berubah menjadi lahan terbuka. Ini adalah ciri khas dari area pertambangan terbuka.

Untuk menyaksikan langsung perubahan Pulau Gag melalui citra satelit, pengguna dapat mengunjungi situs Google Earth Web. Selanjutnya, ketikkan kata kunci “Pulau Gag” pada kolom pencarian.

Setelah lokasi terbuka, klik ikon bola dunia yang terletak di dekat kolom pencarian. Kemudian, pengguna cukup menggeser garis waktu untuk mengamati perbedaan visual Pulau Gag dari tahun ke tahun.

Pengguna dapat mengklik ikon jam untuk beralih ke mode *timelapse*. Dengan mode ini, pengguna dapat menyaksikan secara langsung bagaimana area pertambangan nikel di sana semakin meluas, terutama setelah tahun 2017.

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag tahun 2017.

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag tahun 2018.

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag Raja Ampat tahun 2019.

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag pada tahun 2020, memperlihatkan area terbuka yang semakin lebar.

Google Earth. Citra satelit Pulau Gag pada tahun 2025.

Di Manakah Sebenarnya Letak Pulau Gag?

Raja Ampat telah lama dikenal di seluruh dunia karena keindahan alamnya yang tiada duanya. Gugusan pulau-pulau kecil dengan perbukitan hijau yang menjulang di atas laut biru yang jernih menjadi ciri khas wilayah ini. Tidak mengherankan jika Raja Ampat menjadi destinasi impian bagi para pecinta alam, fotografer, hingga penyelam kelas dunia.

Oleh karena itu, ketika beredar foto-foto sebuah pulau yang terlihat rusak, penuh dengan lubang, dan tidak lagi hijau, masyarakat pun mempertanyakan keberadaan serta kondisi sebenarnya dari Pulau Gag. Banyak yang merasa terkejut bahwa di tengah kawasan yang dilindungi ini, terdapat aktivitas pertambangan yang aktif.

Secara administratif, Pulau Gag terletak di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya. Kawasan Raja Ampat sendiri berada di kepulauan sebelah utara “Kepala Burung” Pulau Papua yang sangat luas.

Dok. Kemenpar Raja Ampat. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, Pulau Gag lokasinya terpisah dari objek wisata Raja Ampat yang populer, yaitu Pulau Piaynemo. Jarak antara keduanya kurang lebih sekitar 30 hingga 40 kilometer.

Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi UGM dalam situs webnya menyatakan bahwa luas wilayah Pulau Gag adalah 6.500 hektare, atau setara dengan 65 kilometer persegi.

Dalam artikel yang dipublikasikan pada tanggal 12 Maret 2010, Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi UGM menjelaskan bahwa topografi Pulau Gag sebagian besar terdiri dari perbukitan dan pegunungan, dengan puncak tertinggi adalah Gunung Susu yang memiliki ketinggian 350 meter di atas permukaan laut, terletak di bagian selatan pulau.

Pulau Gag dikatakan memiliki potensi sumber daya yang sangat tinggi, termasuk sumber daya mineral, perikanan, ekosistem mangrove, terumbu karang, rumput laut, serta berbagai biota laut lainnya.

Terumbu karang di Pulau Gag tersebar luas di hampir seluruh kepulauan. Di wilayah ini banyak ditemukan ikan karang, serta ikan ekor kuning, pisang-pisangan, napoleon, kakatua, kerapu, kakap, dan baronang. Untuk Crustacea, terdapat jenis Penidae dan kepiting bakau (*Scylla*).

Menurut Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi UGM, Pulau Gag terletak 160 km arah barat laut Kota Sorong. Sistem Informasi Pulau pada situs Badan Informasi Geospasial (BIG) mencatat bahwa Pulau Gag saat ini tidak berpenghuni.

MasterV/Haryanti Puspa Sari. Foto terkait kondisi pertambangan di Kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya, pada periode 26-31 Mei 2025, yang diperlihatkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, pada Minggu (8/6/2025). Pemerintah menegaskan bahwa aktivitas pertambangan nikel yang dijalankan oleh PT Gag Nikel (PT GN) di Pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Meskipun legal, masyarakat tetap menyoroti dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pertambangan terbuka di wilayah Raja Ampat, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kawasan konservasi laut dan daratan terkaya di dunia.

A post shared by Tekno MasterV (@teknokompas)

.