Reformasi Scouting PSSI: Era Baru Simon Tahamata

Admin

07/06/2025

3
Min Read

Upaya ini menjadi bagian penting dari komitmen PSSI dalam merancang sistem regenerasi pemain yang profesional, terstruktur dengan baik, dan sepenuhnya terhindar dari intervensi kepentingan di luar teknis.

“Kita merekrut Oom Simon untuk melakukan pembenahan sistem scouting. Beliau kita angkat sebagai pemimpin scouting tim Indonesia,” ungkap Erick Thohir seusai acara pengundian ASEAN U23 Championship 2025 pada hari Jumat (30/5/2025).

Berikut beberapa poin krusial dari reformasi dalam sistem scouting pemain:

1. Identifikasi Bakat di Seluruh Kelompok Usia

Menurut Erick Thohir, tugas utama yang diberikan kepada Simon Tahamata adalah membangun komunikasi yang erat dengan para pelatih tim senior, U23, U20, dan U17. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi talenta regenerasi dari semua kelompok umur.

Beliau menegaskan pentingnya menghilangkan batasan antara kelompok usia. Menurutnya, pemain muda memiliki peluang untuk langsung dipromosikan ke tim senior jika mereka memiliki kualitas dan mentalitas yang sesuai.

“Saya tidak ingin ada pembatasan. Apakah pemain U17 belum cukup umur untuk tim senior? Buktinya, Yamal bisa bermain (untuk Spanyol). Sekarang, yang menjadi pembeda hanyalah kemampuan (skill) dan pola pikir (mindset),” imbuh Erick.

2. Sistem Tiga Zona dengan Laporan Rutin Bulanan

Setelah pemetaan talenta nasional selesai, Simon Tahamata akan membentuk struktur scouting regional yang terbagi menjadi tiga zona utama: Barat, Tengah, dan Timur.

Setiap wilayah akan memiliki tim scouting sendiri. Tim-tim ini diwajibkan untuk menyerahkan laporan bulanan kepada Simon Tahamata dan PSSI.

“Oom Simon juga akan aktif turun langsung ke lapangan. Para scout ini harus bekerja secara profesional. Jangan sampai ada praktik suap yang memengaruhi penilaian,” tegas Erick.

Model pelaporan berkala ini diharapkan dapat menciptakan sistem pemantauan yang berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar pemain-pemain potensial tidak terlewatkan, meskipun mereka berada di wilayah yang jauh dari pusat sepak bola nasional.

3. Pemetaan Diaspora: Eropa, Amerika, dan Timnas Putri

Langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan terhadap pemain diaspora Indonesia yang berada di luar negeri. Erick Thohir menjelaskan bahwa scouting juga akan menyasar wilayah-wilayah seperti Belanda, Eropa secara umum, dan Amerika Serikat. Pasalnya, ada sejumlah pemain keturunan Indonesia yang berpotensi untuk memperkuat tim Merah Putih.

Sebagai contoh, beliau menyebutkan dua nama pemain di Timnas Putri Indonesia yang berasal dari AS: Hopper (18 tahun) dan Stalin (16 tahun). Nama Adrian Wibowo, yang bermain untuk LAFC, juga disebut sebagai salah satu pemain diaspora yang memiliki potensi.

“Kita berupaya membentuk tim scouting yang unggul. Saya sudah sampaikan kepada Oom Simon: tidak boleh ada pemain titipan, tidak boleh ada praktik scouting titipan. Jika masih terjadi seperti itu, percuma saya memiliki Oom Simon,” tegas Erick.

Beliau juga memberikan ultimatum bahwa pelatih yang terlibat dalam praktik pemain titipan akan menerima sanksi tegas. “Jika ada pelatih yang menerima pemain titipan, pelatih tersebut akan saya berhentikan,” katanya dengan lugas.

4. Membangun Regenerasi Tanpa Kompromi

Dengan sistem yang baru ini, PSSI berharap akan terbentuk fondasi regenerasi pemain yang profesional, transparan, dan berorientasi pada jangka panjang.

Reformasi scouting yang dipimpin oleh Simon Tahamata bukan hanya bertujuan untuk menemukan pemain, tetapi juga untuk memastikan bahwa mereka berkembang dalam lingkungan yang tepat dan adil.