Mendag Ungkap 3 Biang Kerok Ritel Modern Gulung Tikar

Admin

14/06/2025

2
Min Read

On This Post

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan pengakuan bahwa saat ini, banyak peritel modern yang mengalami kebangkrutan. Menurut Budi, terdapat beberapa faktor utama yang memicu kondisi ini. Salah satunya adalah banyaknya peritel modern yang hanya berfokus pada penjualan produk kebutuhan masyarakat semata.

"Dalam diskusi kami dengan APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), terungkap bahwa jika ritel modern hanya mengandalkan penjualan tanpa menawarkan pengalaman atau perjalanan berbelanja yang menarik, mereka akan kalah bersaing dengan UMKM," ujarnya di Kementerian Perdagangan, Rabu (4/6/2025).

Faktor kedua adalah perubahan signifikan dalam perilaku belanja masyarakat. Dulu, masyarakat cenderung melakukan belanja bulanan dalam jumlah besar. Namun, kini, trennya beralih ke belanja mingguan dengan volume yang lebih kecil. Perubahan ini mendorong konsumen untuk memilih berbelanja di ritel yang paling dekat dengan mereka.

"Saat ini, masyarakat lebih sering berbelanja untuk memenuhi kebutuhan satu atau dua hari saja. Akibatnya, mereka memilih ritel-ritel yang lokasinya paling strategis dan mudah dijangkau," jelasnya.

Lebih lanjut, Budi menekankan bahwa pusat perbelanjaan atau department store juga berpotensi mengalami kebangkrutan jika tidak mampu memenuhi kebutuhan hiburan para konsumen. Menurutnya, pelaku usaha ritel dan pengelola mal harus jeli dalam membaca perubahan tren belanja dan aktivitas masyarakat jika ingin tetap bertahan di pasar.

"Jika sebuah tempat tidak menyediakan fasilitas makan, tempat berkumpul, atau area untuk bersantai, maka akan sepi pengunjung," imbuhnya.

Sebagai informasi tambahan, beberapa tahun terakhir, sejumlah ritel besar di Indonesia telah menutup gerainya. Contohnya, Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mengakui bahwa mereka telah menutup lebih dari 400 gerai Alfamart sepanjang tahun 2024. Meskipun demikian, Alfamart juga terus melakukan ekspansi dan menambah jumlah gerai yang dimilikinya.

Baru-baru ini, gerai ritel GS Supermarket asal Korea Selatan dan LuLu Hypermarket juga mengalami nasib serupa. Penutupan GS Supermarket dilakukan karena akan segera diambil alih oleh perusahaan ritel lain (take over). Dengan kata lain, gerai-gerai supermarket ini nantinya akan tetap beroperasi, namun dengan merek ritel yang berbeda.