MasterV, Jakarta – Isu mengenai penggantian Kapolri kembali menjadi topik hangat di tengah masyarakat. Beberapa nama santer disebut-sebut sebagai kandidat pengganti Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Sebelumnya, desas-desus tentang suksesi Kapolri juga sempat mencuat seiring dengan transisi kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto. Namun, isu tersebut perlahan meredup seiring dengan keputusan mempertahankan Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri.
Menurut Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi, rumor penggantian Kapolri kali ini disinyalir sengaja diembuskan oleh oknum-oknum yang merasa terganggu dengan komitmen serta kinerja Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam memerangi tindak kriminal.
"Selama ini, kejahatan merasa aman dan nyaman. Namun, di era kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, semuanya diberantas tanpa pilih kasih. Hal inilah yang membuat para pelaku kejahatan merasa terusik dan menginginkan adanya perubahan pucuk pimpinan Polri," ujar R Haidar Alwi, Selasa (3/6/2025).
Dia menambahkan, jika diperhatikan, isu penggantian Kapolri mencuat tak lama setelah Polri mengumumkan penangkapan lebih dari sepuluh ribu preman hanya dalam kurun waktu 25 hari. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari preman jalanan, preman berseragam organisasi masyarakat, hingga preman yang bersembunyi di balik penampilan formal.
Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat merasa puas dengan kinerja Polri dalam memberantas premanisme. Sebab, baru di era kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo lah, berbagai tindak kejahatan yang sebelumnya terkesan tidak tersentuh berhasil diberantas, bahkan yang terafiliasi dengan partai besar, organisasi masyarakat ternama, dan memiliki kedekatan dengan pihak penguasa.
"Banyak sekali anggota organisasi masyarakat yang dekat dengan kekuasaan ditangkap oleh Polri karena terlibat aksi premanisme. Hal ini membuktikan bahwa Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak dapat diintervensi, diintimidasi, dan tidak berkompromi dengan tindak kejahatan," tegas R Haidar Alwi.
Motif lain di balik isu penggantian Kapolri adalah sebagai upaya "cek ombak" untuk mengetahui respons publik terhadap kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Selain itu, juga untuk mengukur tingkat popularitas calon pengganti yang namanya sengaja digadang-gadang atau bahkan dijadikan sebagai alat.
"Yang jelas, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Presiden selaku pemegang hak prerogatif dalam mengusulkan penggantian Kapolri kepada DPR. Terlebih lagi, belum ada alasan yang kuat untuk melakukan penggantian Kapolri, mengingat kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo penuh dengan prestasi yang diakui, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional," pungkas R Haidar Alwi.