Viatina-19: Sapi Termahal Rp 65 Miliar di Dunia, Dikawal!

Admin

14/06/2025

3
Min Read

Di Brasil, seekor sapi dinobatkan sebagai sapi termahal di dunia setelah berhasil dilelang. Menariknya, sapi ini mendapatkan pengawalan khusus, bahkan diawasi ketat melalui kamera keamanan.

Dengan nilai mencapai USD 4 juta, setara dengan kurang lebih Rp 65 miliar, Viatina-19 FIV Mara Moveis dinobatkan oleh Guinness World Records sebagai sapi termahal yang pernah dilelang.

Dilansir oleh detikINET dari Independent, harga Viatina-19 tiga kali lipat lebih tinggi dari rekor sebelumnya. Dengan bobot 1.100 kg, sapi ini dua kali lebih berat dibandingkan sapi dewasa pada umumnya dari jenis yang sama.

Brasil dikenal memiliki ratusan juta sapi, namun Viatina-19 ini benar-benar istimewa. Postur tubuhnya besar dan warnanya seputih salju. Keamanannya dijaga oleh kamera pengawas dan petugas bersenjata. Bahkan, pemilik Viatina-19 memasang dua papan iklan di jalan raya yang mempromosikan keunggulan sapi super ini serta mengundang orang untuk melihatnya.

Para ilmuwan iklim sepakat bahwa konsumsi daging sapi perlu dikurangi karena merupakan sumber utama gas rumah kaca dari sektor pertanian dan pemicu deforestasi hutan Amazon. Akan tetapi, industri peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian Brasil.

Viatina-19 adalah perwujudan ambisi Brasil, hasil dari upaya bertahun-tahun untuk menghasilkan sapi dengan daging yang lebih padat. Sapi-sapi pemenang kontes seperti ini kemudian dijual melalui lelang.

Para peternak mengambil sel telur dan sperma dari sapi-sapi juara ini untuk membuat embrio. Embrio tersebut kemudian ditanamkan pada sapi lain dengan harapan menghasilkan bibit unggul berikutnya. Biasanya, hewan-hewan juara ini dimiliki oleh sejumlah peternak kaya.

“Kami tidak menyembelih sapi-sapi elit ini. Kami justru mengembangbiakkannya. Pada akhirnya, hal ini akan memberi makan seluruh dunia,” ujar Ney Pereira, salah satu pemiliknya.

Mahalnya harga sapi ini berkaitan dengan kemampuannya dalam menambah massa otot dengan cepat, tingkat kesuburannya, dan seberapa sering karakteristik unggul tersebut diwariskan kepada keturunannya. Selain itu, peternak juga memperhatikan postur tubuh, kekuatan kuku, kepatuhan, dan penampilannya secara keseluruhan.

Para peternak yang berkeinginan meningkatkan kualitas genetika ternaknya rela membayar sekitar USD 250.000 untuk mendapatkan sel telur Viatina-19. “Ia adalah yang paling mendekati kesempurnaan. Ia adalah sapi yang lengkap, memiliki semua karakteristik yang dicari oleh para pemilik,” ungkap Lorrany Martins, seorang dokter hewan setempat.

Di Brasil, sekitar 80% sapi adalah jenis Zebu, subspesies yang berasal dari India yang memiliki punuk dan lipatan kulit leher yang khas. Viatina-19 termasuk dalam ras Nelore, yang dikembangbiakkan untuk menghasilkan daging, bukan susu.

Brasil memiliki lebih dari 230 juta sapi dan merupakan populasi sapi potong terbesar di dunia. Sayangnya, sebagian besar hutan Amazon ditebang untuk dijadikan padang rumput, sehingga melepaskan karbon yang tersimpan di pepohonan. Selain itu, sapi menghasilkan metana yang berdampak lebih buruk bagi iklim.

Upaya seperti perbaikan genetika yang bertujuan untuk mengurangi usia pemotongan sapi merupakan cara yang baik, meskipun terbatas, untuk mengurangi dampak terhadap iklim.

Sementara itu, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva terus berupaya membuka pasar-pasar baru. Beberapa waktu lalu, ia bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dari Jepang, negara asal daging sapi Wagyu premium.

“Mohon, ajak Perdana Menteri Fumio untuk menikmati steak di restoran terbaik di Sao Paulo agar, pada minggu berikutnya, ia mulai mengimpor daging sapi kita,” ujarnya saat berbicara kepada wakil presidennya dalam acara bersama Perdana Menteri Jepang.

Video: Si Gemoy, Sapi yang Dibeli Prabowo dari Peternak di Lumajang

Video: Si Gemoy, Sapi yang Dibeli Prabowo dari Peternak di Lumajang