Satgas Pangan Ungkap Anomali Data Beras Cipinang!

Admin

16/06/2025

3
Min Read

On This Post

Muncul kabar mengenai kenaikan harga beras di tengah ketersediaan stok dan produksi yang melimpah. Guna menindaklanjuti informasi tersebut, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri segera mengambil langkah investigasi.

Informasi mengenai kenaikan harga dan penurunan stok beras santer terdengar di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Proses investigasi ini dipimpin langsung oleh Satgas Pangan, dengan Brigjen Pol Djoko Prihadi dan Brigjen Pol Kurniawan Affandi sebagai pemimpinnya.

Dari hasil investigasi yang dilakukan, Satgas Pangan menemukan bahwa pasokan beras di PIBC berada dalam kondisi yang normal dan mencukupi, serta tidak menunjukkan adanya kenaikan harga yang signifikan. Berkaitan dengan stok beras, Satgas Pangan menemukan kejanggalan pada data yang diinput oleh PT Food Station Tjipinang Jaya.

Satgas Pangan berhasil mengungkap enam temuan yang mengindikasikan adanya anomali pada data stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Temuan pertama, Satgas Pangan menyatakan bahwa data pengeluaran beras pada tanggal 28 Mei 2025 sebesar 11.410 ton tidak valid.

Menurut Satgas Pangan, angka tersebut bukanlah hasil perhitungan riil, melainkan diperoleh dari selisih antara stok akhir pada tanggal 27 Mei (55.853 ton) ditambah dengan pemasukan (2.108 ton), kemudian dikurangi dengan hasil stok opname pada tanggal 28 Mei (46.551 ton).

Kedua, data pengeluaran beras yang sebenarnya dan telah diverifikasi hanya sebesar 2.368 ton, berbeda jauh dengan angka 11.401 ton yang tertera pada panel informasi stok beras PIBC.

"Ketiga, stok sebesar 46.551 ton yang dilaporkan tidak didasarkan pada pengamatan aktual di lapangan, melainkan berdasarkan laporan dari pengelola toko atau data kiriman. Bahkan, dalam beberapa kasus, Satgas tidak dapat bertemu langsung dengan pihak gudang," demikian bunyi keterangan resmi dari Satgas Pangan pada hari Kamis (6/5/2025).

Keempat, Satgas Pangan menemukan bahwa pengeluaran beras yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil, motor, dan bajaj, tidak tercatat karena volumenya relatif kecil, yaitu di bawah 500 kg.

"Kelima, tidak terdapat SOP resmi mengenai stok opname di lingkungan PIBC," lanjut keterangan dari Satgas Pangan.

Keenam, penghitungan stok di gudang terakhir kali dilakukan pada bulan Oktober/November 2023. Penghitungan terbaru baru dilakukan kembali pada bulan Mei 2025 atas perintah pimpinan, sebagai respons terhadap dinamika harga di pasaran dan keluhan dari para pedagang.

Selain menemukan anomali pada data beras, Satgas Pangan juga melakukan pengecekan langsung ke tiga toko besar di PIBC, yaitu Idolaku, Sumber Raya, dan Sinar Jaya. Langkah ini diambil untuk memverifikasi kebenaran terkait isu kenaikan harga beras.

Satgas Pangan menyatakan bahwa ketiga toko tersebut mengonfirmasi tidak adanya lonjakan pengeluaran pada tanggal 28 Mei. Rata-rata distribusi harian mereka berjalan normal, berkisar antara 30-400 ton, tergantung pada skala toko. Kenaikan harga beras medium pun tergolong wajar, hanya sekitar Rp 100-400/kg.

"Data telah dimainkan. Ini bukan sekadar kelalaian teknis, melainkan dapat dikategorikan sebagai sabotase terhadap distribusi dan pencapaian ketahanan pangan negara," tegas Satgas Pangan dalam keterangannya.

Selain dugaan manipulasi data, Satgas juga mencurigai adanya praktik percaloan dan monopoli yang berpotensi menekan pasar dan memengaruhi psikologis masyarakat. Investigasi terhadap struktur data dan alur distribusi yang dikelola oleh PT Food Station Tjipinang Jaya masih terus dilakukan.

Satgas Pangan menegaskan komitmennya untuk terus mendalami dan mengawasi pergerakan harga serta pasokan beras. Mereka juga siap mengambil langkah hukum yang tegas apabila ditemukan bukti manipulasi yang merugikan negara dan masyarakat.

Investigasi ini dilakukan untuk merespons pernyataan Ketua Koperasi Pedagang Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, yang mengindikasikan adanya kelangkaan beras medium di Cipinang. Ia sempat menyarankan agar pemerintah segera menyalurkan kembali stok beras impor yang masih tersimpan di gudang Bulog sebanyak 1,3 juta ton.

"Kami sangat berharap kepada pemerintah, di tengah kondisi yang baik seperti saat ini, dengan penyerapan Bulog yang tinggi. Alangkah baiknya jika Bapak memiliki inisiatif untuk mengeluarkan beras impor yang sudah cukup lama berada di gudang," ujar Zulkifli.