Pembunuh Istri di Serang Minta Anak Cari Pertolongan?

Admin

15/06/2025

2
Min Read

On This Post

Muluskan Sandiwara, Pembunuh Istri di Serang Minta Anak Cari Pertolongan

Wadison Pasaribu (32) melakukan tindakan keji dengan membunuh istrinya, PS (33), di kediaman mereka yang berlokasi di Kelurahan Teritih, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten. Setelah perbuatan tersebut, ia mencoba mengelabui semua orang dengan menciptakan skenario seolah-olah terjadi perampokan. Pada pagi harinya, pelaku, dengan posisi berada di dalam karung, bahkan meminta anaknya untuk mencari bantuan.

Kapolresta Serang Kota, Yudha Satria, menjelaskan bahwa insiden pembunuhan ini terjadi pada hari Sabtu (31/5/2025), sekitar pukul 23.00 WIB. Kejadian tragis ini berlangsung di kamar tidur pelaku dan korban, tanpa sepengetahuan anak-anak mereka.

"Berdasarkan hasil penyelidikan, diketahui bahwa pada malam kejadian, kedua anak pelaku, yang berusia tujuh dan lima tahun, sedang tertidur lelap di kamar sebelah. Mereka tidak mendengar atau melihat kejadian tersebut," ungkap Yudha pada hari Kamis (5/6).

Pelaku kemudian berupaya keras mengatur sebuah sandiwara untuk meyakinkan semua orang bahwa pembunuhan tersebut merupakan aksi perampokan. Ia bahkan melukai dirinya sendiri dengan ulekan serta memasukkan dirinya ke dalam karung, mengikat kaki dan tangannya.

Pada hari Minggu (6/1) pagi, pelaku yang masih dalam keadaan terikat di dalam karung, berteriak meminta pertolongan. Teriakan tersebut didengar oleh anaknya.

"Di pagi hari, pelaku berteriak meminta tolong, dan teriakan inilah yang kemudian didengar oleh anak korban," tutur Yudha.

Pelaku bahkan meminta anaknya untuk mencari bantuan. Warga sekitar yang mendengar teriakan tersebut segera masuk ke dalam rumah dan menemukan jenazah korban di kamar, serta pelaku yang terikat di dalam karung.

"Pada akhirnya, dia menyuruh anaknya untuk meminta tolong kepada tetangga di depan rumah," jelasnya.

Saat ini, kondisi anak-anak korban sudah berada dalam perlindungan keluarga. Pihak kepolisian terus memantau kondisi psikologis anak-anak tersebut.

"Unit P2A sedang membangun komunikasi dengan anak-anak tersebut karena mereka masih mengalami trauma," pungkasnya.