Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bapak Bahlil Lahadalia, menyampaikan sindiran pedas kepada negara-negara Eropa terkait penerapan energi bersih. Menurut beliau, terdapat inkonsistensi di mana Eropa meminta Indonesia menghentikan penggunaan batu bara, namun pada kenyataannya mereka justru masih mengimpor batu bara dari Indonesia.
Meski demikian, Bapak Bahlil tidak secara spesifik menyebutkan negara Eropa mana yang dimaksud. Beliau kemudian menggunakan istilah “abuleke” (dari bahasa Ambon) yang berarti pembual atau penipu, untuk menggambarkan praktik tersebut.
“Kalian bilang kami tidak boleh menggunakan batu bara? Baik. Tetapi di saat yang sama, Eropa meminta pasokan batu bara dari negara kita. Bagaimana ini bisa terjadi? Saya katakan, ini kadang-kadang seperti ‘abuleke’,” ungkap Bapak Bahlil dalam acara Human Capital Summit 2025 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, pada hari Selasa (3/6/2026).
Bapak Bahlil menduga bahwa motif di balik tindakan Eropa adalah untuk memperoleh energi dengan harga murah, sementara Indonesia justru dipaksa menggunakan energi yang mahal. Salah satu kampanye yang mereka lancarkan adalah dengan mencap energi murah sebagai energi kotor.
“Kalian melarang kita menggunakan batu bara, tetapi kalian meminta batu bara dari kita. Jadi, kita diberikan energi yang mahal, sementara energi murahnya untuk mereka. Kemudian, energi murah itu dikatakan kotor. Saya tegaskan, tidak ada! Baik kotor maupun bersih, kita harus mempertahankan kedaulatan energi nasional kita!” tegas Bapak Bahlil.
Bapak Bahlil juga menyoroti anggapan yang beredar bahwa transisi energi di Indonesia berjalan lambat. Padahal, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, sebesar 71% sumber energi Indonesia akan berasal dari energi baru terbarukan.
“Banyak pihak juga yang berpendapat bahwa transisi energi di Indonesia berjalan dengan lambat. Perlu ditegaskan, dalam RUPTL yang terbaru ini, 71 persen dari sumber energi kita akan didorong dari energi baru terbarukan,” pungkas Bapak Bahlil.