Studi: Benarkah Anjing Cenderung Mirip dengan Pemiliknya? 

Admin

23/06/2025

3
Min Read

Hubungan Manusia dan Anjing: Lebih dari Sekadar Teman

Hubungan manusia dengan anjing adalah salah satu bentuk ikatan lintas spesies yang paling mendalam. Renata Roma, seorang peneliti pascadoktoral sekaligus klinisi yang mempelajari ikatan emosional manusia-hewan di Universitas Saskatchewan menjelaskan bahwa hubungan ini sangat bermakna, terutama dalam hal kesamaan yang dirasakan pemilik terhadap hewan peliharaannya.

Kesamaan tersebut dapat berupa sifat seperti ekstrovert, pemalu, mudah cemas, atau bahkan keras kepala. Namun, apakah kesamaan ini nyata atau hanya persepsi subjektif pemilik?

Apa Kata Penelitian?

Sebuah tinjauan terhadap 15 studi empiris mengungkap bahwa memang ada kecenderungan manusia dan anjing peliharaannya memiliki karakteristik serupa. Misalnya, anjing dan pemiliknya bisa sama-sama ramah, penuh energi, atau justru cemas.

Bahkan, pemilik anjing sering kali memilih hewan yang menyerupai mereka secara fisik—terutama ketika memilih ras murni. Penelitian menemukan bahwa wanita berambut panjang cenderung memilih anjing dengan telinga panjang, sementara wanita berambut pendek lebih menyukai anjing dengan telinga pendek.

Menariknya, bagian tubuh yang sering kali menunjukkan kemiripan adalah daerah sekitar mata. Sebuah studi bahkan meminta partisipan yang tidak mengenal anjing maupun pemiliknya untuk mencocokkan foto pasangan anjing-manusia. Hasilnya? Mereka berhasil mencocokkan sebagian besar pasangan dengan benar. Artinya, kemiripan ini bukan sekadar perasaan si pemilik saja.

Gaya Hidup dan Pengaruh Timbal Balik

Tak hanya fisik dan kepribadian, gaya hidup pun ikut menciptakan kemiripan. Contohnya, indeks massa tubuh (BMI) pemilik dan anjingnya sering kali saling berkorelasi. Pemilik yang kelebihan berat badan cenderung memiliki anjing dengan kondisi serupa. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh gaya hidup bersama, seperti pola makan atau aktivitas fisik yang sejalan.

Ada pula proses pembelajaran dan penyesuaian yang berlangsung dua arah. Misalnya, manusia tanpa sadar memperkuat kebiasaan tertentu pada anjingnya berdasarkan rutinitas mereka sendiri. Di sisi lain, anjing juga dapat meniru suasana hati atau ekspresi emosional pemiliknya.

Mengapa Kita Cenderung Memilih yang Serupa?

Psikologi evolusioner memberi kita petunjuk: manusia sejak lama terbiasa hidup dalam kelompok yang serupa secara nilai, perilaku, dan bahkan penampilan untuk menunjang kelangsungan hidup. Pola ini ternyata juga berlaku dalam pemilihan hewan peliharaan.

Pada ras anjing murni, kepribadian dan perilaku lebih bisa diprediksi karena adanya standar genetik. Ini membuat pemilik cenderung memilih jenis anjing yang “sesuai” dengan karakter dan kebutuhannya.

Namun, kesamaan bukanlah satu-satunya faktor penting. Banyak pula hubungan harmonis antara manusia dan anjing dengan karakter berbeda. Misalnya, seseorang yang pemalu bisa mendapatkan manfaat besar dari anjing yang aktif dan penuh semangat—seolah menjadi “penyeimbang alami” dalam kehidupan mereka.

Kesamaan Bukan Segalanya: Kecocokan Juga Penting

Yang paling penting dalam hubungan ini adalah kecocokan atau kompatibilitas. Meskipun tidak selalu mirip, hubungan manusia dan anjing bisa tetap berjalan baik jika ada saling pengertian, dukungan emosional, dan kebiasaan yang dibentuk bersama.

Kesamaan kepribadian memang dapat memperkuat ikatan, tapi juga bisa menciptakan ekspektasi berlebih. Kadang, pemilik bisa memproyeksikan sifat-sifat manusia ke anjingnya dan lupa bahwa anjing adalah makhluk dengan insting dan kebutuhan sendiri.

Pada akhirnya, meskipun banyak orang dan anjingnya terlihat mirip, yang membuat hubungan ini istimewa bukan hanya kemiripan, melainkan kemampuan untuk terhubung secara emosional. Seperti halnya hubungan antar manusia, yang terpenting bukan seberapa mirip kita, tetapi seberapa baik kita saling memahami dan mendukung.

“Yang paling penting dalam hubungan ini adalah bagaimana kita saling terhubung, mendukung, menerima perbedaan, dan membangun pemahaman bersama,” ujar Roma.

Jadi, jika kamu merasa anjingmu seperti cerminan diri sendiri—baik dari wajah, gaya, atau sifat—kamu tidak sendirian. Ilmu pengetahuan pun mendukung perasaan itu.