Dahulu, Trump dan Musk tampak begitu dekat, terutama ketika Trump giat mempromosikan dirinya dalam kampanye menjelang pemilihan presiden AS tahun 2024.
Namun, karena hubungan mereka tak seharmonis dulu, Trump bahkan melabeli Elon Musk sebagai "gila". Pernyataan pedas itu terlontar saat Trump berbincang dengan Liputanku ABC News pada 6 Juni 2025 pagi waktu AS.
"Maksud Anda, orang yang sudah gila itu?" ujar Trump ketika ABC News menanyakan perihal kabar bahwa ia berencana melakukan panggilan telepon dengan Elon Musk.
Trump juga menegaskan bahwa saat ini dirinya kurang berminat untuk berkomunikasi dengan Elon Musk. Lebih lanjut, presiden dari partai Republik ini menyatakan bahwa bos Tesla tersebut ingin berdiskusi dengannya, namun ia belum merasa ingin melakukannya.
Kejadian ini memperlihatkan betapa kuatnya emosi Trump terhadap salah satu tokoh terkaya di dunia.
Menurut sumber-sumber terdekat Trump, perasaannya bahkan lebih dari sekadar marah; ia merasa sangat kecewa.
Seorang pejabat senior juga menyampaikan bahwa presiden AS ke-47 ini bahkan mempertimbangkan untuk menghibahkan atau menjual mobil Tesla merah yang pernah ia beli sebagai bentuk dukungan kepada Elon Musk.
Mobil listrik tersebut terparkir di West Executive Avenue, sebuah jalan tertutup di Washington yang berfungsi sebagai area parkir bagi staf di Kantor Eksekutif Presiden.
AFP/MANDEL NGAN Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan CEO Tesla Elon Musk saat berdiri di depan mobil Tesla merah, ketika berbicara kepada awak media di South Portico, Gedung Putih, Washington DC, 11 Maret 2025.
Ayah Elon Musk, Errol Musk, mendesak putranya untuk mengakhiri perselisihan dengan Trump.
"Saya belum berbicara dengannya, tetapi saya sudah mengirim pesan dan memintanya untuk memastikan perseteruan ini dihentikan," kata Errol Musk kepada Al Arabiya English di ruang tunggu bandara Delhi.
Errol Musk juga berpendapat bahwa sang presiden akan keluar sebagai pemenang dalam konflik antara Trump dan Elon Musk, mengingat Trump dipilih oleh mayoritas warga AS.
Donald Trump enggan berbaikan
Meskipun ayah Elon Musk berharap agar perselisihan putranya dengan pemimpin nomor satu di AS dapat diselesaikan, Trump memastikan bahwa hubungannya dengan bos SpaceX tersebut sudah berakhir.
"Saya rasa begitu," kata Trump kepada NBC News, ketika ditanya apakah hubungannya dengan Musk telah berakhir.
Trump juga menjawab "tidak" ketika ditanya apakah ia berniat memperbaiki hubungannya yang renggang dengan Musk, sebagaimana dilansir Liputanku BBC.
Sebelum menjabat sebagai Presiden AS ke-27, Trump secara rutin bertemu dengan Musk dalam berbagai kesempatan. Musk juga terlibat dalam sejumlah kampanye Trump dan aktif memberikan dukungan melalui media sosialnya.
Sebagai "imbalan", Musk diberi posisi khusus di pemerintahan Trump sebagai kepala efisiensi pemerintah atau Department of Government Efficiency (DOGE) pada Januari 2025.
Namun, pada 30 Mei 2025, Musk secara resmi mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Saat itu, Musk menyatakan bahwa ia akan tetap menjadi "teman" dan "penasihat" di pemerintahan Trump.
Meskipun demikian, setelah mengundurkan diri dari kursi pemerintahan AS, hubungan antara Trump dan Musk mulai merenggang.
Perseteruan publik antara Trump dan Musk semakin memanas pada pekan ini, dimulai setelah Musk mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) "One Big Beautiful Bill" pada Selasa (3/6/2025).
RUU yang diajukan Trump kepada DPR AS pada 16 Mei 2025 ini mengubah berbagai kebijakan di berbagai sektor, mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan, hingga pertahanan.
RUU ini dapat dikatakan sebagai RUU rekonsiliasi karena berpotensi mengubah ketentuan terkait pajak dan anggaran AS.
Namun, RUU ini menuai kontroversi di AS karena dinilai dapat meningkatkan defisit negara. Konflik antara keduanya mencapai puncaknya pada 5 Juni 2025.
Kronologi lengkap perseteruan Trump dan Musk sejak 3 Juni 2025 dapat disimak pada artikel "Kronologi Konflik Elon Musk dan Trump Menit ke Menit, dari Mundur hingga "Kill Bill"".