Ucapan Tokoh: Refleksi Pancasila di Hari Lahir 1 Juni

Admin

10/06/2025

11
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia merayakan Hari Lahir Pancasila. Peringatan tahunan ini bukanlah sekadar seremoni belaka, melainkan sebuah momen krusial untuk merenungkan kembali nilai-nilai agung Pancasila, yang menjadi fondasi negara dan ideologi bangsa.

Lantas, bagaimana ungkapan para tokoh dalam memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni? Salah satunya adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan (PDIP), yang menyelenggarakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih. Acara ini diadakan untuk memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, bertempat di Halaman Parkir Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Minggu pagi, 1 Juni 2025.

Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, yang bertindak sebagai inspektur upacara, menegaskan bahwa Pancasila akan senantiasa berjaya dan bersemayam dalam jiwa seluruh bangsa Indonesia, demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh karena itu, beliau mengajak seluruh kader PDIP untuk menjadi Pancasilais sejati, dengan turun langsung ke masyarakat, mendengarkan aspirasi mereka, serta turut serta dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi.

"Marilah kita semua, sebagai putra-putri terbaik bangsa, sebagai kader-kader nasionalis Sukarnois, sebagai kader-kader Pancasilais, kita buktikan bahwa inilah kader PDIP Perjuangan yang siap untuk turun ke bawah. Yang mendengarkan aspirasi rakyat, bersedia menderita bersama rakyat, dan berjuang untuk membebaskan rakyat dari penderitaannya," ujar Djarot pada Minggu, 1 Juni 2025.

Selain itu, Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, menyatakan bahwa Pancasila bukan hanya sekadar dasar negara, melainkan juga berfungsi sebagai kompas moral bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurutnya, peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025 menjadi momentum penting bagi seluruh elemen bangsa, untuk memperteguh komitmen terhadap nilai-nilai dasar yang telah mempersatukan Indonesia.

"Pancasila adalah dasar negara sekaligus kompas moral bangsa. Nilai-nilai Pancasila menjadi panduan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, yang akan membawa kita kembali ke jati diri sebagai manusia Indonesia," ungkap Seskab Teddy.

Kemudian, Presiden Prabowo Subianto mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadikan momentum Hari Lahir Pancasila sebagai ajang menjaga persatuan dan menghindari perselisihan. Menurut beliau, perpecahan adalah harapan pihak asing yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara yang kuat dan makmur.

Berikut adalah rangkuman ucapan dari para tokoh dalam peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, yang dihimpun oleh Tim News Liputanku:

DPP PDI Perjuangan (PDIP) mengadakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih, dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Halaman Parkir Masjid At Taufiq, Lenteng Agung Jakarta Selatan, pada Minggu pagi, 1 Juni 2025.

"Marilah kita semua sebagai putra-putra terbaik bangsa, sebagai kader-kader nasionalis Sukarnois, sebagai kader-kader Pancasilais, kita tunjukkan bahwa inilah kader PDIP Perjuangan yang siap untuk turun ke bawah. Yang mendengarkan aspirasi rakyat, bersedia menderita bersama rakyat dan berjuang untuk melepaskan rakyat dari penderitaannya," tegas Djarot.

Menurut Djarot, dengan turun ke bawah, para kader PDIP dapat menyerap aspirasi rakyat, menyatu dengan kehendak rakyat, serta tampil sebagai garda terdepan dalam mengorganisir dan memimpin rakyat.

"Memimpin rakyat untuk mendapatkan kebebasannya, mendapatkan kemakmurannya, mendapatkan kesehatannya, meningkatkan pendidikannya. Itulah lautan pengabdian kita," jelasnya.

Beliau juga menekankan bahwa para kader PDIP harus mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Djarot mencontohkan, salah satu wujud pengamalan tersebut adalah dengan melawan segala bentuk perilaku korupsi.

"Mereka-mereka yang korupsi sampai miliaran dan puluhan miliar, bahkan ratusan miliar, itu adalah mereka-mereka bukan seorang Pancasilais. Dialah pengkhianat dari Pancasila. Mereka-mereka yang menguasai tambang beribu-ribu hektar dan menyengsarakan rakyat dan merusak lingkungan, itu adalah pengkhianat Pancasila. Maka itu juga harus kita lawan," urai Djarot.

Beliau menilai bahwa saat ini masih banyak ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat. Inilah yang menjadi landasan dan semangat bagi kita untuk terus berjuang dengan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila.

"Pancasila itu bukan azimat, Pancasila itu bukan jargon. Pancasila itu harus diperjuangkan supaya menjadi realita. Itu yang diinginkan oleh Bung Karno," tandasnya.

"Akhirnya, saya menyampaikan dirgahayu Pancasila ke-80 tahun. Jaya dan abadilah Pancasila di bumi Indonesia untuk selama-lamanya," pungkas Djarot.

Wakil Gubernur (Wagub) Jakarta, Rano Karno, memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni.

Melalui amanatnya, Wagub Jakarta, Rano Karno, menekankan bahwa memperingati momentum Hari Lahir Pancasila sangat penting untuk mengingat sejarah panjang bangsa Indonesia.

"Hari lahirnya Pancasila, kita tidak hanya mengenang rumusan dasar negara, tetapi juga meneguhkan kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai luhur yang menjadi pondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Rano di Balai Kota Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.

Beliau menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar dokumen historis atau teks normatif yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Pancasila, menurut Rano Karno, adalah jiwa bangsa, pedoman hidup bersama, serta bintang penuntun dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

"Dalam semangat memperkokoh ideologi Pancasila, izinkan saya mengajak kita semua merenungkan kembali bahwa Pancasila adalah rumah besar bagi keberagaman Indonesia. Ia mempersatukan lebih dari 270 juta jiwa dengan latar belakang suku, agama, ras, budaya, dan bahasa yang berbeda," jelas Rano dalam amanatnya.

Dalam Pancasila, lanjutnya, masyarakat Indonesia belajar bahwa kebinekaan bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan kekuatan untuk bersatu.

Menurut Rano Karno, dari sila pertama hingga sila kelima, terkandung prinsip yang menuntun dan membangun bangsa dengan semangat gotong-royong, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap martabat manusia.

Pria yang akrab disapa Doel ini mengingatkan bahwa dalam konteks pembangunan nasional saat ini, pemerintah telah menetapkan Asta Cita sebagai delapan agenda prioritas menuju Indonesia Emas 2045. Salah satu yang paling fundamental adalah memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM).

"Mengapa ini menjadi prioritas? Karena kita menyadari bahwa kemajuan tanpa arah ideologis akan mudah goyah. Kemajuan ekonomi tanpa pondasi nilai-nilai Pancasila bisa melahirkan ketimpangan. Kemajuan teknologi tanpa bimbingan moral Pancasila bisa menjerumuskan bangsa pada dehumanisasi," wantinya.

Oleh karena itu, Rano mendorong semua pihak untuk memperkokoh ideologi Pancasila dan menegaskan kembali bahwa pembangunan bangsa harus selalu berakar pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Sebab, di era globalisasi dan digitalisasi yang semakin kompleks, tantangan terhadap Pancasila semakin nyata.

"Melalui Asta Cita, kita dipanggil untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam segala dimensi kehidupan: dari pendidikan, birokrasi, ekonomi, hingga ruang-ruang digital," pungkasnya.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2025 yang ke-80 secara khidmat di Lapangan Gedung Pancasila, Jakarta, pada Senin, 2 Juni 2025.

Acara ini menjadi peneguhan atas komitmen kebangsaan dan pengarusutamaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Upacara dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto selaku Inspektur Upacara, didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hadir pula Presiden ke-5 Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI sekaligus Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP, Jenderal TNI (Purn.) Try Sutrisno, serta Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Muhammad Jusuf Kalla.

Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, menjelaskan bahwa tema Peringatan Tahun 2025 adalah “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya.” Momentum ini diharapkan mampu menegaskan pentingnya internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk pemerintahan, ekonomi, dan pendidikan.

"Melalui tema ini, kami ingin menegaskan bahwa Pancasila adalah pondasi moral dan etika bagi seluruh penyelenggara negara yang wajib diamalkan untuk membangun integritras, profesionalitas, serta mencegah berbagai praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, figur penyelenggara negara harus mampu tampil menjadi subjek tauladan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat," terang Yudian.

Selain itu, beliau juga menyampaikan seruan penting kepada seluruh komponen bangsa untuk memperingati dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Hari ini, kita memperingati 80 tahun Hari Lahir Pancasila. Satu momen historis bangsa untuk memperingati Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, serta pandangan hidup bangsa yang harus diketahui asal-usulnya dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga Pancasila senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara," jelasnya.

Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, menegaskan bahwa Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa mengamanatkan untuk mencapai kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat. Ia menilai, tidak boleh ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dalam pembangunan.

"Kita masih punya tugas berat, menurunkan kemiskinan, menghapus ketimpangan, menyediakan jaring pengaman sosial yang kuat dan bermanfaat," tegasnya dalam Upacara Hari Lahir Pancasila di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.

Agus Jabo mengungkapkan bahwa tugas tersebut harus diselesaikan dengan bekerja dan bukan sekadar berbicara. Menurutnya, tugas itu pun hanya dapat diselesaikan dengan kolaborasi dan keberpihakan, bukan sekadar koordinasi dan peraturan.

"Mari kita jadikan peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya untuk mengingat tapi untuk bergerak lebih cepat dan luas," ungkapnya.

Agus Jabo pun mengatakan bahwa Pancasila lahir pada 1 Juni 1945 dari rahim perdebatan, penderitaan, dan cinta mendalam kepada Indonesia. Ia menilai, Pancasila lahir saat rakyat masih tertinggal dan kemiskinan menjadi bagian dari sistem yang menindas.

"Pancasila lahir sebagai jalan tengah yang bijaksana," katanya.

Agus Jabo menjelaskan, Pancasila tidak hanya mempersatukan perbedaan, tapi juga menjanjikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meski begitu, kemiskinan masih ada usai 79 tahun kemerdekaan.

"Keterbatasan masih menjadi wajah sebagian rakyat kita, di sinilah Kemensos selalu ada," ucap Agus Jabo.

Agus Jabo mengungkapkan, Kemensos bukan sekadar pelengkap administrasi, tapi sebagai bagian ke depan perjuangan kemanusiaan. Ia pun mengatakan, melalui Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), bantuan sosial akan lebih adil dan tepat sasaran.

"Sekolah rakyat yang menjadi program prioritas juga akan memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi," ungkapnya.

"Kemensos ada lewat sekolah-sekolah yang memberi harapan baru bagi anak-anak keluarga miskin ekstrem yang selama ini hanya bisa melihat sekolah dari jauh," jelas Agus Jabo.

Ia pun mengatakan, anak-anak dari keluarga miskin kini bisa segera masuk asrama dan belajar dengan layak di Sekolah Rakyat. Lalu, mereka juga bisa mengejar masa depan.

"Kami ingin menyampaikan rasa bangga dan hormat kami kepada seluruh ASN serta para pegawai Kemensos yang bekerja dalam diam, namun penuh arti," kata Agus Jabo.

Dirinya mengapresiasi para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang menempuh jalan berlumpur dan jembatan gantung untuk memastikan satu keluarga tidak jatuh lebih dalam ke dalam jurang kemiskinan.

Selain itu, Agus Jabo pun mengapresiasi Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Karang Taruna, Pelopor Perdamaian (Pordam), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dianggap memberikan harapan dan rasa dipedulikan.

"Mereka semua adalah wujud nyata dari Pancasila, yang bekerja, bergerak, dan menyentuh langsung bagi rakyat," ujarnya.

Dalam peringatan Hari Lahir Pancasila, Wamensos Agus Jabo pun membacakan sebuah puisi. Ia pun membacakannya dengan saksama dan penuh haru.

Adapun puisi yang dibacakan Agus Jabo adalah seperti di bawah ini.

Pancasila di Tangan yang Bekerja

Pancasila bukan sekadar silaIa suara hati dan suara jiwadari Sentra Darussa'adah Aceh hingga Balai Kemensos yang ada di PapuaIa hidup dalam tekad bersama

Pancasila hidup dalam keringat petani, nelayan, pemulung, tukang tambal ban, dan calon-calon siswa Sekolah Rakyat

Kami lihat Pancasila di tangan-tangan pendamping sosial yang menyapa

Kami lihat Pancasila di dapur-dapur Tagana yang menanak harapan dari bantuan yang tiba

Kami lihat Pancasila di langkah letih pendamping PKH yang tak pernah mengeluh

Kami juga melihat Pancasila di mata ibu penulung yang berkata lirih: Terima kasih negara telah peduli pada kami

Pancasila bukan sekadar lima sila di kertas kerja

Tetapi Pancasila adalah lima cahaya yang membelah gelapnya luka

Ia tumbuh dalam gerimis Sekolah Rakyat yang tak gentar mengajak anak negeri menatap masa depan yang lebih mandiri

Pancasila bukan sekadar lambangIa adalah tangan yang menghapus air mata, jembatan dari luka ke cita-cita

Pancasila adalah kita untuk selalu menjaga sesama

Memastikan tak ada warga yang bertinggal, tak ada kemiskinan yang dibiarkan kekal

Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, menyampaikan bahwa Pancasila bukan hanya dasar negara, melainkan juga menjadi kompas moral bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Pancasila adalah dasar negara sekaligus kompas moral bangsa. Nilai-nilai Pancasila menjadi tuntunan untuk menghadapi berbagai tantangan zaman, yang akan membawa kita kembali ke jati diri sebagai manusia Indonesia," kata beliau dalam keterangannya, Senin, 2 Juni 2025.

Teddy mengakui bahwa tantangan yang dihadapi bangsa saat ini muncul dari dalam maupun luar. Oleh karena itu, penguatan karakter kebangsaan berlandaskan Pancasila menjadi pondasi yang harus diperkuat.

Beliau pun mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

"Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2025. Mari terus jadikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi dalam kehidupan sehari-hari kita," tutup Teddy.

Presiden Prabowo Subianto mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadikan momentum Hari Lahir Pancasila sebagai ajang menjaga persatuan dan menghindari perselisihan. Menurut beliau, perpecahan adalah harapan pihak asing yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara yang kuat dan makmur.

"Saya mengajak sekali lagi seluruh rakyat indonesia bersatu. Perbedaan jangan menjadi sumber gontok-gontokkan. Ini selalu yang diharapkan oleh kekuatan kekuatan asing yang tidak suka Indonesia kuat, tidak suka Indonesia kaya," kata Prabowo saat memimpin upacara Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.

Beliau menyebutkan bahwa Pancasila menyatukan bangsa Indonesia di tengah keberagaman agama, etnis, dan bahasa. Tak hanya itu, Prabowo menyebut Pancasila juga yang menyatukan rakyat Indonesia di tengah ketidakpastian dunia.

"Ternyata pancasila inilah yang telah memperkenankan untuk bersatu di tengah gelombang dinamika dunia yang begitu penuh ketidakpastian" ujarnya.

Prabowo mengingatkan bahwa saat ini dunia dihadapkan dengan ketidakpastian, tantangan globalisasi, distruksi teknologi, perubahan sosial yang cepat, dan konflik antar negara besar. Meski begitu, dia bersyukur Indonesia saat ini menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.

"Kita bersyukur bahwa kita sekarang sudah mulai merasakan bangsa Indonesia sebagai bangsa ke-4 terbesar di dunia dari segi jumlah penduduk, tapi juga bangsa di dunia yang sudah mencapai ke-16 ekonomi terbesar dan dari tahun ke tahun menuju kekuatan demi kekuatan," kata Prabowo.

Beliau meminta masyarakat tak menjadikan Pancasila sekadar slogan dan mantra saja. Prabowo menekankan masyarakat harus menjaga nilai-nilai Pancasila agar Indonesia menjadi negara yang maju.

"Marilah kita yakinkan bahwa Pancasila hidup, Pancasila bukan sekedar mantra. Kita tidak boleh diam manakala nilai-nilai dilemahkan, kita harus menjaga harus membela dan harus meneruskan nilai-nilai tersebut agar negara kita melangkah maju," tutup Prabowo.