Mentan Ungkap Untung Gede Tengkulak, Rantai Pasok Dipangkas?

Admin

13/06/2025

2
Min Read

On This Post

Pemerintah memberikan perhatian khusus pada peran tengkulak dalam jaringan distribusi, khususnya dalam sektor beras. Pasalnya, keuntungan yang diraup oleh para tengkulak ini ternyata mencapai angka yang fantastis, yaitu hingga Rp 313 triliun.

"Kami telah menghitung selisih harga di tingkat petani dan konsumen. Angka yang beredar antara petani dan konsumen mencapai Rp 313 triliun per tahun," ungkap Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, kepada para jurnalis di kediamannya, Jakarta Selatan, pada hari Rabu, 3 Juni 2025.

Mentan Amran melanjutkan penjelasannya bahwa keuntungan yang diperoleh petani hanya berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta setiap bulannya. Padahal, jumlah petani di seluruh Indonesia mencapai 100 juta orang.

Oleh karena itu, Mentan Amran menyampaikan bahwa pemerintah saat ini sedang dalam proses pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih. Menurutnya, Kopdeskel ini memiliki potensi besar untuk memangkas rantai pasok yang selama ini terlalu panjang, sekaligus memberantas praktik-praktik yang dilakukan oleh para tengkulak.

Amran menguraikan lebih lanjut, bahwa koperasi ini akan berperan dalam menyerap hasil produksi langsung dari petani. Selanjutnya, hasil tersebut akan didistribusikan langsung kepada konsumen.

"Inilah mengapa kita membangun koperasi (Merah Putih). Koperasi ini bertujuan untuk memotong rantai pasok yang sebelumnya terdiri dari 7 atau 8 tahap, menjadi hanya 3 tahap. Alurnya akan menjadi dari produksi langsung ke koperasi, kemudian dari koperasi langsung ke konsumen," jelasnya.

Jika pembentukan koperasi ini berhasil diimplementasikan, Mentan Amran meyakini bahwa hal ini akan mampu menyelamatkan kerugian yang selama ini ditanggung oleh produsen (petani) dan konsumen.

"Jika ini terwujud, apa artinya? Katakanlah, keuntungan *middleman* atau tengkulak mencapai Rp 313 triliun. Jika koperasi berperan sebagai *middleman*, keuntungannya mungkin hanya Rp 50 triliun. Artinya, ada potensi Rp 263 triliun yang bisa dinikmati oleh konsumen dan produsen. Tentu saja, kesejahteraan produsen, yaitu petani, akan meningkat, dan daya beli konsumen juga akan naik," papar Mentan Amran.