Baru-baru ini, grup WhatsApp diramaikan dengan pesan berantai yang berisi peringatan tentang “chat audio” yang mencurigakan. Pesan tersebut mengklaim bahwa ada modus operandi baru dari peretas yang dapat membobol rekening bank hanya dengan mengklik fitur voice chat atau tombol “Gabung” di dalam grup. Lantas, apakah klaim ini benar adanya?
Isi Pesan Berantai: Hindari Mengklik Chat Audio!
Pesan berantai yang kini viral, bahkan ditandai sebagai pesan yang diteruskan berkali-kali, memperingatkan para anggota grup untuk tidak sekali-kali mengklik tombol “Gabung” dalam sebuah voice chat grup. Narasi yang beredar menyebutkan bahwa fitur ini dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk menguras habis rekening korban atau menjebak mereka dalam skema pinjaman uang ilegal.
Berikut adalah kutipan dari pesan yang beredar:
“Sekarang kalau ada di grup muncul chat audio ngajak Gabung, walaupun dari nomor hp yg ada di grup kita… Jangan diklik. Ternyata itu hacker… Bisa menguras rekening dan modus pinjam uang…”
Terdapat pula versi lain dari pesan tersebut yang menyatakan bahwa setelah mengklik tombol “Gabung”, korban akan secara otomatis dimasukkan ke dalam grup yang tidak dapat ditinggalkan, bahkan ponsel mereka akan diretas secara permanen.
Pendapat Ahli: Klaim Pembobolan Rekening Tidak Berdasar
Alfons Tanujaya, seorang pakar keamanan siber dari Vaksincom, dengan tegas menyatakan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah tidak benar dan berpotensi menyesatkan.
“Voice chat itu fitur resmi WhatsApp, bukan celah bagi peretas untuk masuk ke rekening,” ungkap Alfons kepada detikINET.
Beliau menjelaskan bahwa fitur voice chat hanya tersedia untuk grup dengan jumlah anggota lebih dari 32 orang. Fitur ini pada dasarnya adalah obrolan suara grup yang dapat diikuti oleh banyak orang, bukan sebuah jebakan.
“Kalau grupnya kecil, tidak akan muncul. Tetapi jika anggotanya lebih dari 33 orang, maka voice chat akan tersedia,” jelas Alfons.
Alfons juga menambahkan bahwa secara teknis, tidak ada cara bagi seorang peretas untuk mengakses rekening bank seseorang hanya karena mereka mengklik tombol “Gabung” dalam voice chat WhatsApp.
Meskipun fitur voice chat itu sendiri tidak berbahaya, pengguna tetap perlu berhati-hati terhadap potensi penipuan berbasis rekayasa sosial (social engineering) – seperti akun palsu yang menyamar sebagai teman dan kemudian meminta pinjaman uang.
“Kalau ada orang yang tiba-tiba meminta pinjaman uang, padahal nomornya sama dengan teman kita, itulah yang patut diwaspadai. Itu adalah akun yang telah diambil alih, bukan karena mengklik audio chat,” terang Alfons.
[Gambas:Instagram]
Ciri-ciri Perangkat yang Terkena Retasan: Sulit Dideteksi
Alfons juga mengemukakan bahwa perangkat yang benar-benar telah diretas biasanya tidak menunjukkan gejala yang mencolok.
“Justru kalau kena hack malah tidak kelihatan sama sekali. Paling HP jadi lambat, baterai cepat habis – tetapi itu kan sulit diidentifikasi dengan pasti,” jelasnya.
Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk lebih fokus pada pencegahan penipuan yang lebih nyata dan sering terjadi, seperti rekayasa sosial.
Lebih Waspada terhadap Rekayasa Sosial, Bukan Voice Chat
Menurut Alfons, hal yang lebih perlu diwaspadai adalah modus rekayasa sosial yang menargetkan psikologi korban dengan menyamar sebagai institusi resmi dan mengarahkan korban untuk mengklik tautan atau menginstal aplikasi yang berbahaya. Contohnya:
“Rekayasa sosial seperti itulah yang perlu diwaspadai,” tegas Alfons.