Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat (Rerie), memberikan dorongan kuat terhadap langkah-langkah peningkatan gizi anak-anak Indonesia. Beliau menekankan pentingnya pembangunan ekosistem komprehensif yang memfasilitasi pemenuhan gizi seimbang bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pada akhir Mei lalu, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) mempublikasikan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2025. Data tersebut menunjukkan penurunan prevalensi stunting nasional dari 21,5% pada tahun 2023 menjadi 19,8%.
“Peningkatan gizi anak bangsa secara holistik harus menjadi sebuah paradigma baru. Ini bukan sekadar intervensi jangka pendek, melainkan investasi untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya tahan,” tegas Rerie, dalam keterangannya pada hari Minggu (8/6/2025).
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting di Indonesia hingga mencapai 18,8% pada tahun ini. Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan RI memiliki target jangka panjang untuk menurunkan angka stunting menjadi 14,2% pada tahun 2029.
Menurut Rerie, pembangunan ekosistem peningkatan gizi yang menyeluruh memerlukan serangkaian tindakan penting. Ini mencakup edukasi kepada masyarakat, skrining gizi sejak dini, mempermudah akses terhadap pangan bergizi, serta intervensi berbasiskan sains. Ia berpendapat bahwa perbaikan gizi masyarakat harus dipicu dengan menumbuhkan kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi dalam kehidupan sehari-hari.
“Sudah barang tentu, upaya pembentukan kebiasaan tersebut memerlukan dukungan penuh dari seluruh pihak yang berkepentingan,” urai Anggota Komisi X DPR RI dari Daerah Pemilihan II Jawa Tengah ini.
Rerie menegaskan bahwa kolaborasi yang konsisten antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu diperkuat. Tujuannya adalah untuk mempercepat pembentukan kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi pangan bergizi. Dengan demikian, diharapkan berbagai inisiatif peningkatan gizi dapat mencapai target yang telah ditetapkan, demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang kompetitif di masa mendatang.