MasterV, Jeddah – Dalam hitungan hari, tepatnya pada 9 Dzulhijjah 1446 H, bertepatan dengan hari Kamis, 5 Juni 2025, jemaah haji dari seluruh penjuru dunia akan melaksanakan wukuf di Arafah. Waktu wukuf dimulai setelah matahari tergelincir hingga fajar menyingsing pada 10 Dzulhijjah. Wukuf merupakan rukun haji yang esensial, menjadi penentu sah atau tidaknya ibadah haji seseorang.
“Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa haji itu adalah Arafah. Oleh karena itu, Arafah menjadi bagian paling krusial dari keseluruhan rangkaian ibadah haji,” ungkap KH Abdul Moqzith Ghazali, musytasyar dinny PPIH Arab Saudi, dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat, 23 Mei 2025.
Namun, timbul pertanyaan, mengapa wukuf harus dilaksanakan di Arafah? KH Moqsith menjelaskan bahwa Arafah memiliki keistimewaan tersendiri karena disebutkan dalam Alquran dengan kata ‘Arafaat’, yang berarti arafah-arafah.
Arafah menyimpan berbagai makna mendalam. Salah satunya adalah sebagai tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa. Di Arafah-lah, keduanya saling mengenali setelah terpisah selama ratusan tahun.
Makna penting lainnya dari Arafah adalah sebagai tempat Malaikat Jibril memperkenalkan ritus-ritus ibadah haji dan manasik haji kepada Nabi Ibrahim.
“Kemudian Jibril bertanya kepada Ibrahim, ‘Apakah kamu mengetahui?’. Lalu, Ibrahim menjawab, ‘Araftu, saya mengenalnya’. Inilah asal mula nama Arafah,” jelas Moqsith.
Moqsith menerangkan bahwa selama wukuf di Arafah, tidak ada bacaan wajib seperti dalam salat. Seluruh rangkaian ibadah haji adalah rukun fi’li (tindakan), berbeda dengan salat yang mewajibkan rukun qauli (ucapan) seperti membaca takbir, Al-Fatihah, dan lain-lain.
Lebih lanjut, Moqsith menjelaskan bahwa tindakan wukuf ini bersifat pasif, tidak aktif seperti tawaf atau sa’i. “Saat wukuf, jemaah haji cukup berdiam diri. Jemaah cukup duduk, berdoa, dan berzikir kepada Allah SWT. Memanjatkan segala permohonan yang dibutuhkan,” kata Moqsith.
Moqsith menambahkan bahwa Arafah bukan merupakan bagian dari Makkah, berbeda dengan Muzdalifah dan Mina yang masih termasuk wilayah Makkah. Meski demikian, Rasulullah SAW bersabda bahwa sebaik-baik doa adalah doa yang dipanjatkan di Arafah. Oleh karena itu, Moqsith mengimbau jemaah untuk memperbanyak doa dan memohon yang terbaik saat wukuf.
“Arafah adalah momen perjumpaan langsung antara Allah dan hamba-Nya. Maka, berdoalah dengan sungguh-sungguh. Doakan pula kebaikan untuk orang lain,” tutur Moqsith.
Mengingat kesucian wukuf, Moqsith mengimbau agar jemaah tidak mencaci maki orang lain selama berada di Arafah. “Berdoalah yang baik untuk orang lain, hindari celaan dan laknat. Rasulullah SAW bersabda bahwa kita tidak boleh mencaci ayam, karena ia membangunkan kita saat subuh, apalagi mencaci sesama manusia. Hindari pula transaksi jual beli saat wukuf di Arafah,” pesan Moqsith.
Selama di Arafah, jemaah akan melaksanakan salat Zuhur berjemaah dan mendengarkan khotbah, yang kemudian dilanjutkan dengan berdoa. Selain berdoa, jemaah dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan membaca Alquran.
Moqsith menyarankan agar jemaah cukup berdiam diri di dalam tenda selama berada di Arafah. “Mengingat cuaca yang ekstrem, kami mengimbau jemaah untuk wukuf di dalam tenda, kecuali jika ingin pergi ke toilet,” imbaunya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kewajiban jemaah haji untuk menjaga larangan ihram selama wukuf di Arafah. “Seluruh jemaah haji wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan saat ihram ketika wukuf di Arafah,” pungkasnya.
Betapa pentingnya wukuf ini, bahkan jemaah haji yang sakit pun diupayakan untuk dapat menunaikannya melalui skema safari wukuf. Tahun ini, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) kembali menyelenggarakan safari wukuf bagi jemaah haji Indonesia yang uzur atau sakit. Berdasarkan surat edaran nomor 316/D.MAK/Dk.10/05/2025, tercatat 550 nama jemaah haji yang akan mengikuti program ini.
Safari wukuf merupakan upaya memfasilitasi jemaah haji yang sakit atau uzur, yang tidak mampu melaksanakan wukuf secara mandiri, baik dalam posisi duduk maupun berbaring, di dalam kendaraan yang melintasi Padang Arafah selama waktu wukuf berlangsung.
Untuk keperluan tersebut, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan empat bus untuk mengangkut para jemaah yang mengikuti safari wukuf. Dua bus diperuntukkan bagi jemaah yang perlu berbaring, sementara dua bus lainnya untuk jemaah yang mampu duduk.
“Jemaah yang kami identifikasi untuk diikutkan safari wukuf adalah mereka yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi dan akan dipulangkan menjelang Armuzna, namun belum memungkinkan untuk dirawat di hotel. Mereka inilah yang akan kami fasilitasi untuk mengikuti safari wukuf,” jelas Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo di Makkah, Senin (2/6/2025).